CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Sabtu, 29 Agustus 2009

ASKEP CURIGA

A. Proses terjadinya masalah.
Prilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat individu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Prilaku curiga merupakan prilaku proyeksi terhadap perasaan ditolak, ketidakadekuatan dan inferiority. Ketika klien kecemasannya meningkat dalam merespon terhadap stresor, intra personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/ bahaya dari luar. Klien akan mempunyai fokus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan menyebabkan perasaan curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan menimbulkan prilaku agresif sebagaimana yang muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan mekanisme pertahanan yang lain seperti reaksi formasi melawan agresifitas, ketergantungan, afek tumpul, denial, menolak terhadap ketidaknyamanan.
Faktor predisposisi dari curiga adalah tidak terpenuhinya trust pada masa bayi. Tidak terpenuhinya karena lingkungan yang bermusuhan, orang tua yang otoriter, suasana yang kritis dalam keluarga, tuntutan lingkungan yang tinggi terhadap penampilan anak serta tidak terpenuhinya kebutuhan anak. Dengan demikian anak akan menggunakan mekanisme fantasi untuk meningkatkan harga dirinya atau dia akan mengembangkan tujuan yang tidak jelas.
Pada klien , dari data yang ditemukan faktor predisposisi dari prilaku curiga adalah gangguan pola asuh. Di dalan keluarga klien merupakan anak angkat dari keluarga yang pada saat itu belum memiliki anak. Klien menjadi anak kesayangan ayahnya, karena klien dianggap sebagai pembawa rejeki keluarga. Sejak kelahiran adik-adiknya ( 7 orang ) klien mulai merasa tersisih dan tidak diperhatikan, merasa tidak nyaman, sehingga klien merasa terancam dari lingkungan keluarganya. Sejak itu klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah dan mengamuk sehingga klien dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa.


B. Masalah-masalah yang muncul pada klien curiga.
Masalah yang biasanya timbul pada klien curiga karena adanya kecemasan yang timbul akibat klien merasa terancam konsep dirinya, kurangnya rasa percaya diri terhadap lingkungan yang baru/asing (masalah ini tidak muncul pada klien G). Masalah lain yang juga sering muncul pada klien curiga yaitu marah, timbul sebagai proyeksi dari keadaan ketidak adekuatan dari perasaan ditolak (masalah ini muncul pada klien ).
Isolasi sosial merupakan masalah yang juga muncul pada diri klien. Klien menarik diri akibat perasaan tidak percaya pada lingkungan . Curiga merupakan afek dari mekanisme koping yang tidak efektif, klien menunjukan bingung peran, kesulitan membuat keputusan, berprilaku destruktif dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tidakl sesuai, dan masalah ini ada pada diri klien.
Masalah lain yang timbul adalah gangguan perawatan diri dan data yang diperoleh : klien berpenampilan tidak adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau gosok gigi, rambut kotor dan banyak ketombe, kuku kotor dan panjang. (masalah ini ada pada diri klien)
Pada klien muncul juga gangguan harga diri rendah, dimana klien mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya ditunjukkan dengan prilaku menarik diri atau menyerang orang lain.( masalah ini ada pada diri klien)
Potensial gangguan nutrisi, pada klien curiga biasanya mengira makanan itu beracun atau petugas mungkin sudah memasukkan obat-obatan ke dalam minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum. (masalah ini tidak ada pada diri klien)

PELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN

Pelaksanaan proses keperawatan berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses keperawatan yang meliputi : Diagnosa Keperawatan, Tujuan jangka panjang, Intervensi, Evaluasi dan tindak lanjut. Adapun proses keperawatan secra lengkap ada pada lampiran.
Diagnosa keperawatan I
Potensial melukai diri sendiri/ orang lain s/d ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.
Tupan : Tidak melukai orang lain/ diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.
Intervensi :
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien .
2. Memelihara ketengann lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.
3. Mempertahan kan sikap perwat secara konsisten.
4. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah.
5. Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah.
6. Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilekukan bila klien marah.
7. Mendiskusikan dengan klien cara mengungkapkan marah secara konstruktif.
8. Mendiskusikan dengan keluarga ( pada saat kunjungan rumah ) ttg marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien marah dirumah bila klien cuti.
Evaluasi :
• Klien mau menerima petugas (mahasiswa ), dan membalas salam.
• Berespon secara verbal.
• Membalas jabat tangan, mau diajak berbicara.
• Klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya.
• Klien dapat mengenal tanda-tanda marah.
• Klien megatakan kalau amuk itu tidak baik.
• Klien dapat memperagakan tehnik relaksasi.
Tindak lanjut :
• Melanjutkan untuk latihan marah yang konstruktif dengan tehnik relaksasi, tehnik asertif.
Diagnosa keperawatan II
Gangguan hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga.
Intervensi :
1. Membina hubungan saling percaya.
2. Bersikap empati pada klien.
3. Mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien .
4. Mengadakan kontak sering dan singkat.
5. Meningkat respom klien terhadap realita.
6. Memberikan obat sesuai dengan program terapi dan mengawasi respon klien.
7. Mengikut sertakan klien dalam TAK sosialisasi untuk berinteraksi.
Evaluasi :
• Klien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga.
• Klien disiplin dalam meminum obat sesuai program terapi.
Tindak lanjut:
• Teruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi kecurigaan.
Diagnosa Keperawatan III
Penampilan diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri.
Tupan : Penampilan klien rapih dan bersih serta klien mampu merawat kebersihan diri.
Intervensi :
1. Memperhatikan tentang kebersihan klien .
2. Mendiskusikan dengan klien ttg gunanya kebersihan.
3. Memberikan reinforsemen positif apa yang sudah dilakukan klien.
4. Mendorong klien untuk mengurus kebersihan diri.
Tindak lanjut :
• Perlu dilanjutkan dengan TAK tentang kegiatan sehari-hari.
• Berikan motivasi agar klien mau merawat diri.

Skizofrenia

A. KONSEP DASAR
Pedoman diagnostik Gangguan Psikotik Akut Skizofrenia harus
(1) Memenuhi kriteria onset harus akut yaitu dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang, harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari kehari atau dalam hari yang sama, harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya
(2) Disertai gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia dan
(3) Apabila gejala-gejala skizofrenia menetaap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus diubah menjadi Skizofrenia.

1. Pengertian
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).

2. Penyebab
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).

b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.

c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.

d. Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.

e. Teori Adolf Meyer :
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

f. Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

g. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).


h. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.

i. Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ).

3. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :
a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.

b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.

c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
d. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.

e. Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.

f. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.

g. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.


B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Simtomatologi ( Data Subjektif dan Objektif ) pada klien dengan Skizofrenia, Delusi dan kelainan-kelainan yang berhubungan dengan Psikosis didapatkan (Townsend , 1998; 148):
a. Autisme
Merupakan suatu keadaan yang berfokus pada batiniah (inner side). Seseorang mungkin saja menciptakan dunia sendiri. Kata-kata dan kejadian-kejadian tertentu mungkin mempunyaai arti yang khusus untuk orang psikosis, arti suatu simbolik alamiah yang hanya mengerti oleh individu tersebut.

b. Ambivalensi emosi
Kekuatan emosai cinta, benci dan takut menghasilkan banyak konflik dalam diri seseorang. Setiap kali terjadi kecenderungan untuk mengimbangi orang lain sampai netralisasi emosional terjadi dan akibatnya individu tersebut akan mengalami kelesuan atau rasa acuh tak acuh.

c. Afek tak sesuai
Afeknya datar, tump[ul dan seringkali tidak sesuai (misalnya pasien tertawaa saat menceritakan kematian salah seorang orang tuanya).

d. Kehilangan Asosiatif
Istilah ini menggambarkan disorganisasi pikiran yang amat sangat dan bahasa verbaal dari orang yang psikosis. Pikirannya sangat cepat , disertai dengan perpindahaan ide dari suatu pernyataaan kepernyataan berikut.

e. Ekolalia
Orang yang psikosis seringkali mengulangi kata kata yang didengarnya.

f. Ekopraksia
Orang yang psikosis seringkali mengulangi gerakan orang lain yang dilihatnya (Ekolalia dan ekopraksia adalah hasil dari batas ego seseorang yang sangat lemah).

g. Neologisme
Orang yang psikosis seringkali mengulangi kata-kata yang didengarnya.

h. Pikiran konkrit
Orang psikosis memiliki kesukaran untuk berpikir abstrak dan mengartikan hanya secara harafiah aspek-aspek yang ada dilingkungannya.

i. Asosiasi gema / clang
Orang psikosis menggunakan kata-kataa bersajak dengan suaatu pola yang menyimpang dari ketentuan yang sebenarnya.

j. Kata-kata tak beraturan
Orang yang psikosis akan memakai kata-kata bersama-sama secara acak daan tak beraturan tanpa hubungaan yang logis.

k. Delusi
Istilah ini menunjukikan adanya ide-ide atau keyakinan-keyakinan yang salah. Jenis-jenis waham ini mencakup :
(1) Kebesaran
Seseorang memiliki suatu perasaan berlebihan dalam kepentingan atau kekuasaan.
(2) Curiga
Seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau mencurigai dirinya.
Siar Semua kejadian dalam lingkungan sekitarnya diyakini merujuk/terkait kepada dirinya.
(3) Kontrol
Seseorang percaya bahwa obyek atau orang tertentu mengontrol perilakunya.

l. Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. Halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.

m. Regresi
Suatu mekanisme pertahanan ego yang paling mendasar yang digunakan oleh seseorang psikosis. Perilaku seperti anak-anak dan tehnik-tehnik yang dirasa aman untuk dirinya digunakan. Perilaku sosial yang tidak sesuai dapat terlihat dengan jelas.

n. Religius
Orang psikosis menjadi penuh dengaaan ide religius, pikiran mekanisme pertahanan yang digunakan dalam suatu usaha untuk menstabilkan dan memberikan struktur bagi pikiran dan perilaku disorganisasi.
Dari hasil pengkajian diperoleh analisa/ pohon masalah sebagai berikut :

Diagnose Keperawatan dan Perencanaan (Tujuan, Intervensi , Rasional dan kriteria hasil):
1. Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri atau orang lain berhubungan dengan :
(1) Kurang rasa percaya : kecurigaan terhadap orang lain
(2) Panik
(3) Rangsangan katatonik
(4) Reaksi kemarahan/amok
(5) Instruksi dari halusinaasi
(6) Pikiran delusional
(7) Berjalan bolak balik
(8) Rahang kaku; mengepalkan tangan, postur tubuh yang kaku
(9) Tindakan agresif : tujuan merusak secara langsung benda-benda yang berada dalam lingkungan sekitarnya
(10) Perilaku merusak diri atau aktif; tindakan bunuh diri yang agresif
(11) Perkataaan yang mengaaancam yang bermusuhan; tindakan menyombongkan diri untuk menyiksa orang lain secara psikologis
(12) Peningkatan aktifitas motorik,langkah kaki,rangsangan,mudah tersinggung, kegelisahan.
(13) Mempersepsikan lingkungan sebagai suatu ancaman.
(14) Menerima “suruhan” melalui pendengaran atau penglihatan sebagai ancamaN.

Perencanaan :
Sasaran / Tujuan :
Tujuan jangka panjang:
Pasien tidak akan membahayakan dirinya dan orang lain selama di Rumah Sakit.
Tujuan jangka pendek :
Dalam 2 minggu pasien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan ansietas dan kegelisahan dan melaporkan kepada perawat agaar diberikan intervensi sesuai kebutuhan.

Intervensi dan rasional :
(a) Pertahankan agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana,tingkat kebisingan rendah ).
Rasional :
Tingkat ansietas akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus.Individu-individu yang ada mungkin dirasakan sebagai suatu ancaman karena mencurigakan, sehingga akhirnya membuat pasien agitasi.

(b) Obserfasi secara ketat perilaku pasien (setiap 15 menit).Kerjakaan hal ini Sebagai suatu kegiatan yang rutin untuk pasien untuk menghindari timbulnya kecurigaan dalam diri pasien.
Rasional :
Obserfasi ketat merupakan hal yang penting, karena dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuik selalu memastikan bahwa pasien berada dalam keadaan aman.

(c) Singkirkan semua benda-benda yang dapat membahayakan dari lingkungan sekitar pasien,
Rasional:
Jika pasien berada dalam keadaan gelisah, bingung, pasien tidak akan menggunakan benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

(d) Coba salurkan perilaku merusak diri ke kegiatn fisik untuk menurunkan ansietas pasien (mis,memukuli karung pasir).
Rasional :
Latihan fisik adalah suatu cara yang aman dan efektf untuk menghilaangkan ketegangan yang terpendam.

(e) Staf harus mempertahankan daan menampilkan perilaku yang tenang terhadap pasien.
Rasional :
Ansietas menular dan dapat ditransfer dari perawat kepada pasien.

(f) Miliki cukup staf yang kuat secara fisik yang dapat membantu mengamankan pasien jika dibutuhkan.
Rasionaal :
Hal ini dibutuhkan untuk mengontrol situasi dan juga memberikan keamanan fisik kepada staf.

(g) Berikan obat-obatan stranquliser sesuai program terapi pengobatan. Paantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya.
Rasional :
Cara mencapai “ batasaan alternatif yang paling sedikit “ harus diseleksi ketika merencanakan intervensi untuk psikiatri.

(h) Jika pasien tidak menjadi tenang dengan cara “ mengatakan sesuatu yang lebih penting daripada yang dikatakan oleh pasien (menghentikan pembicaraan ) “ atau dengan obat-obatan, gunakan alat-alat pembatasan gerak ( fiksasi ). Pastikan bahwa anda memiliki cukup banyak staf untuk membantu. Ikuti protokol yang telah ditetapkan oleh institusi.Jika pasien mempunyai riwayat menolak obat-obatan, berikan obat setelah fiksasi dilakukan.

(i) Observasi pasien yang dalam keadaan fiksasi setiap 15 menit (sesuai kebijakan institusi). Pastikan bahwa sirkulasi pasien tidak terganggu (periksa suhu, warna dan denyut nadi pada ekstremitaas pasien). Bantu pasien untuk memenuhi , kebutuhannya untuk nutrisi, hidrasi dan eliminasi. Berikan posisi yang memberikan rasa nyaman untuk pasien dan daapat mencegah mencegah aspirasi.
Rasional :
Keamanan klien merupakn prioritas keperawatan.

(j) Begitu kegelisahan menurun, kaji kesiapan pasien untuk dilepaskan dari fiksasi. Lepaskan satu persatu fiksasi pasien atau dikurangi secara bertahap, jangan sekaligus, sambil terus mengkaji respons pasien.
Rasional :
Meminimalkan resiko kecelakaan bagi pasien dan perawat.

Kriteria hasil :
(a) Ansietas dipertahankan pada tingkat dimana pasien tidak menjadi agresif
(b) Pasien memperlihatkan rasa percaya kepada oraang lain disekitarnya
(c) Pasien mempertahankan orientasi realitanya.


2. Isolasi sosial berhubungan dengan :
(1) kurangnya rasa percaya diri kepada orang lain
(2) panik
(3) regresi ketahap perkembangan sebelumnya
(4) waham
(5) sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau
(6) perkembangan ego yang lemah
(7) represi rasa takut.

Batasan karakteristik :
(1) Menyendiri dalam ruangan
(2) Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata (mutisme, autisme ).
(3) Sedih, afek datar
(4) Adanya perhatian daan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
(5) Berfikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, tindakan yang berulang-ulang dan bermakna
(6) Mendekati perawat untuk berinteraksi namun kemudian menmolak untuk berespons terhadap penerimaan perawat terhadap dirinya.
(7) Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian kepada orang lain.

Perencanaan :
Sasaran / Tujuan
Jangka Panjang :
Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama paaaasien lain dan perawat daaalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.
Jangka pendek :
Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayanya dalamn satu minggu.
Intervensi dan rasional :
(a) Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.
Rasional :
Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepaada oraang lain.
(b) Perlihatkan penguatan positif kepada pasien
Rasional :
Membuat pasien merasa menjadi seseorang yang akan berguna.

(c) Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien
Rasional :
Kehadiran seseorang yang dipercayai akan memberikan rasa aman kepada klien.

(d) Jujur dan menepati semua janji
Rasional
Kejujuran dan rasa membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling percaya.

(e) Orientasikan pasien pada waktu, orang, tempat, sesuai kebutuhan.
(f) Berhati-hatilah dengan sentuhan. Biarkan pasien mendapat ruangan extra dan kesempatan untuk keluar ruangan jika pasien menjadi begitu ansietas.
Rasional :
Pasien yang curiga dapat saja menerima sentuhan sebagai suatu bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman.

(g) Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien. Pantau keefektifan dan efek samping obat.
Rasional :
Obat-obatan anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala-gejala psikosis pada seseorang, dengan demikian memudahkan interaaksi dengan orang lain.

(h) Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan ansietas dan tehnik untuk memutus respon ( misalnya latihan relaksasi, “berhenti berfikir “ ).
Rasional :
Perilajku maladaptif seperti menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi peningkatan ansietas.

(i) Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Rasional :
Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendoirong terjadinya pengulangan perilaku tersebut.

Kriteria hasil :
(a) Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain
(b) Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh
(c) Pasien melakukan pendekatan interaaaaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai / dapat diterima.

3. Koping Individu tak efektif berhubungan dengan :
(1) Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain
(2) Panik
(3) Kesensitifan ( kerentanan ) seseorang
(4) Rendah diri
(5) Contoh peraan negatif
(6) Menekan rasa takut
(7) Sistem pendukung tidak adekuat
(8) Ego kurang berkembang
(9) Kemungkinan faktor heriditer
(10) disfungsi sistem keluarga.

Batasan Karakteristik :
(1) kelainan daalam partisipasi sosial
(2) ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
(3) penggunaan mekanisme pertahanan diri tidak sesuai
Perencanaan
Tujuan
Jangka panjang
Pasien dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaan ketrampilan koping adaptif, yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Jangka Pendek :
Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada satu orang perawat dalam satu minggu.
Intervensi dan rasional :
(a) Dorong perawat yang sama untuk bekerjasama dengan pasien sebanyak mungkin
Rasional :
Mempermudah perkembangan hubungan saling percaya.

(b) Hindari kontak fisik
Rasional
Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhaan sebagai bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman.

(c) Hindari tertawa, berbisik-bisik, atau bicara pelan-pelan didekat pasien sehingga pasien daapat melihat hal tersebut namun tak dapat mendengar apa yang dibicarakan.
Rasional
Pasien curiga seringkali yakin bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya, dan sikap yang serba rahasia akan mendukung munculnya rasa curiga.

(d) Jujur dan selalu tepati janji.
Rasional
Kejujuran rasa membutuhkan orang lain akan mendukung munculnya suatu hubungan saling percaya.

(e) Kemungkinan besar dibutuhkan pendekataaan yang kreatif untuk mendukung masukan makanan ( misalnya makanan kaleng, makanan milik pribadi atau makanan khas keluarga yang akan memberikan kesempatan lebih besar untuk hal ini ).
Rasional
Pasien curiga sering yakin bahwa mereka akan diuracuni sehingga pasien menolak untuk makan makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam piringnya.

(f) Periksa mulut pasien setelah minum obat
Rasional
Meyakinkan bahwa pasien telah menelan obatnya dan tidak mencoba obat tersebut.

(g) Jangan berikan kegiatan yang bersifat kompetitif. Kegiatan yang mendukung adanya hubungan interpersonal ( satu-satu ) dengan perawat atau terapis adalah kegiatan yang terbaik.
Rasional
Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang sangat mengancam paasien-pasien curiga.

(h) Motivasi pasien untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya. Perawat harus menghindari sikap penolakan tehadap perasaan maraah yang ditujukan pasien langsung kepada diri perawat.
Rasional
Mengungkapkan perasaan secara verbal dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan menolong pasien untuk sampai kepada saat tertentu dimana pasien dapat mencurahkan perasaan yang telah lama terpendam.

(i) Sikap asertif, sesuai kenyataan, pendekatan yang bersahabat akan menjadi hal yang tidak mengancam pasien yang curiga.
Rasional
Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungaan dengan sikap yang bersahabat atau yang ceria sekali.

Kriteria Hasil :
(a) Pasien dapaat menilai situasi secara realistik daan tidak melakukan tindakan projeksi perasaannya dalam lingkungan tersebut.
(b) Pasien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salah interpretasi terhadap perilaku dan perkataan orang lain
(c) Pasien makan makanan dari piring Rumah Sakit dan minum obat tanpa memperlihatkan rasa tidak percaya
(d) Pasien dapat berinteraksi secara tepat / sesuai dengan kooperatif dengan perawat dan rekan-rekannya.


4. Perubahan persepsi sensori : Pendengaran/penglihatan.berhubungan dengan :
(1) panik
(2) menarik diriasa
(3) strss berat, mengancam ego yang lemah.

Batasan karakteristik :
(1) berbicara dan tertawa sendiri
(2) bersikap seperti mendengarkaan sesuatu ( memiringkan kepala kesatu sisi seperti jika seseorang sedang mendengarkan sesuatu ).
(3) Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat unutk mendengarkaan sesuatu
(4) Disorientasi
(5) Konsentrasi rendah
(6) Pikiran cepat berubah-ubah
(7) Kekacauan alur fikiran
(8) Respon yang tidak sesuai

Perencanaan :
Tujuan
Jangka Panjang :
Pasien dapat mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi.
Jangka Pendek :
Pasien dapat mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam waaktu 1 minggu.

Intervensi dan rasional :
(a) Observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi ( sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam ditengah-tengah pembicaraan ).
Rasional :
Intervensi awal akan mencegaah respons agresif yang diperintah dari halusinasinyaa.
(b) Hindari menyentuh pasien sebelum mengisyaratkan kepadanya bahwa kita juga tidak apa-apa diperlakukan seperti itu
Rasional :
Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagaai suatu ancaman dan berespons dengan cara yang agresif.
(c) Sikap menerima akan mendorong pasien untuk menceritakan isi halusinaasinya dengan perawat.
Rasional
Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya perintah dari halusinasi.
(d) Jangan dukung halusinasi. Gunakan kata-kata “suara tersebut” daripada kata-kata “mereka” yang secara tidak langsung akan memvalidasi hal tersebut. Biarkan pasien tahu bahwa perawat tidak sedang membagikaan persepsi. Kaaaatakan “meskipun saya menyadari bahwa suara-suara tersebut nyata untuk anda, saya sendiri tidak mendengarkan suara-suara yang berbicara apapun.”
Rasional
Perawat harus jujur kepada pasien sehingga pasien menyadari bahwa halusinasi tersebut adalah tidak nyata.
(e) Coba untuk menghubungkan waktu terjadinya halusinaasi dengan waktu meningkatnmya ansietas. Bantu pasien untuk mengerti hubungaan ini.
Rasional :
Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan peningkatan ansietas, halusinasi dapat dicegah.
(f) Coba untuk mengalihkan pasien dari halusinasinya.
Rasional
Keterlibatan pasien dalam kegiatan-kegiataan interpersonal dan jelaskan tentang situasi kegiatan tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembali kepada realita.

Kriteria hasil evaluasi
(a) Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada saat ansietas meningkat secara ekstrem.
(b) Pasien dapat mengatakan tanda-tanda peningkatan ansietas dan menggunakan tehnik-tehnik tertentu untuk memutus ansietas tersbut


5. Perubahan proses pikir,berhubungan:
(1) Ketidakmampuan mempercayai orang lain.
(2) Panik
(3) Menekan rasa takut
(4) Stres yang cukup berat
(5) Kemungkinan faktor herediter

Batasan Karakteristik :
(1) Waham (ide-ide yang salah)
(2) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
(3) Kewaspadaan yang berlebihan
(4) Kelainan rentang perhatian-distrakbilitas
(5) Ketidaktepatan interpretasi lingkungan
(6) Kelainan kemampuan mengambil / membuat keputusan, menyelesaikan masalah , alasan , pemikiran abstrak atau konseputulisasi , berhitung
(7) Perilaku sosial yang tidak sesuai ( merefleksikan ketidaktepatan pemikiran ).

Perencanaan
Tujuan
Jangka panjang
Tergantung pada proses kekronisan penyakit , pilih tujuan jangka panjang yang paling realitis untuk pasien :
(1) Pasien dapat menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham
(2) Pasien mampu membedakan antara pikiran waham dengan realita SKIZOFRENIK , DELUSI , DAN KELAINAN-KELAINAN PSIKOSIS
Jangka pendek
Pasien dapat mengakui dan mengatakan bahwa idi-ide yang salah itu terjadi khususnya pada saat ansietas meningkat dalam 2 minggu.

Intervensi dan rasional :
(a) salah tersebut, sementara itu biarkan pasien tahu bahwa anda tidak Tunjukkan bahwa anda menerima keyakinan pasien yang mendukung keyakinan\tersebut.
Rasional :
Penting untuk dikomunikasikan kepada pasien bahwa anda tidak menerima delusi sebagai suatu realita.
(b) Jangan menambah atau menyangkal keyaakinan pasien. Gunakan tehnik keraguan yang beralasan sebagai tehnik terapiutik :” saya merasa sukar untuk mempercayai hal tersebut”.
Rasional :
Membantah pasien atau menyangkal keyakinannya tidak akan bermanfaat apa-apa; Ide-ide waham tidak dapat dikurangi dengan pendekaatan ini, daan mungkin akan menghlangi perkembangan hubungan saling percaya.

(c) Bantu paasien untuk mencoba menghubungkan keyakinan-keyakinan yang salah tersebut dengan peningkataan ansietas yang dirasakan oleh pasien. Diskusikan tehnik-tehnik yang dapat digunakan untuk mengontrol ansietas (misalnya latihan nafas dalam, latihan-latihan relaksasi yang lain, tehnik berhenti berfikir).
Rasional :
Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan ansietas yangt meningkat, pikiran wahamnya mungkin dapat dicegah.

(d) Fokus dan kuatkan pada realita. Kurangi lamanya ingatan tentang pikiran irasional. Bicara tentang kejadian-kejadian dan orang yang nyata
Rasional
Diskusi yang berfokus pada ide-ide yang salah tidak akan berguna dan mencapai tujuan, dan mungkin membuat psikosisnya menjadi lebih buruk.

(e) Bantu dan dukung pasien dalam usahanya untuk mengungkaaapkan secara verbal perasaan ansietas, takut atau tidak aman
Rasional
Ungkapan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang mungkin sudah dipendam cukup lama.
Kriteria hasil evaluasi :
(a) Mengungkapkan secara verbal refleksi dan proses pikir yang berorientasi pada realita
(b) Pasien dapat mempertahankaan aktivitas sehari-hari yang mampu dilakukan olehnya
(c) Pasien mampu menahan diri dari berespons terhadaap pikiran-pikiraan delusi, bila pikiran-pikiran tersebut muncul.
6. Kerusakan Komunikasi Verbal, berhubungan dengan :
(1) ketidakmampuan untuk percayaa kepada orang lain
(2) panik
(3) regresi ketahap perkembangan sebelumnya
(4) menarik diri
(5) kelainan, pikiran yang tidak realistik
Batasan karakteristik :
(1) tidak adanya asosiasi antara ide yang saatu dengaan yang lainnya
(2) menggunakan kata-kata yang berarti simbolik untuk individu tersebut (neologisme)
(3) menggunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti, tidak berhubungaan (baahasa “gado-gado”)
(4) menggunakan kata-kata bersajak dengan bentuk kata yang tidak umum (asosiasi gema)
(5) pengulangan kata yang didengar (ekolalia)
(6) mengungkapkan refleksi pikiran kongkrit (ketidakmampuan untuk berfikir abstrak ).
(7) Kontak mata kurang (tidak ada kontak mata atau tidak mau menatap langsung kedalam mata lawan bicara).

Perencanaan
Tujuan
Jangka Panjang :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang sesuai/dapat diterima.
Jangka Pendek :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada satu topik, menggunakaan ketepatan kata, melakukan kontak mata intermittent selama 5 menit dengan perawat dalam waktu 1 minggu.
Intervensi dan rasional :
(a) Gunakan tehnik validaasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi pasien.
Rasional
Tehnik ini menyatakan kepada pasoien bagaimana ia dimengerti oleh orang lain, sedangkan tanggungjawab untuk mengerti ada pada perawat.
(b) Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas.
Rasional
Mempermudah rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti tindakan dan komunikasi klien.
(c) Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidaaak mengancaaaam bagaimana perilaku dan pembicaraannya diterima dan mungkin juga dihindari oleh orang lain.
(d) Jika pasien tidak mampu atau tidak ingin bnicara (autisme), gunakan tehnik mengatakan secara tidak langsung
Rasional
Menolong untuk menyampaikan rasa empaty, mengembangkan rasa percaaaya dan akhirnya mendorong pasien untuk mendiskusikan hal-hal yang menyakitkan dirinya.
(e) Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang memuaskan kembali.
Rasional
Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas keperawatan

Kriteria hasil evaluasi :
(a) Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti oleh orang lain
(b) Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya
(c) Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran daaan kelainan komunikasiu verbal terjadi pada saat adanya peningkatan ansietas, lakukan kontak kepada pasien untuk memutus proses.


7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan :
(1) menarik diri
(2) regresi
(3) panik
(4) ketidakmampuan mempercayai orang lain.

Batasan Karakteristik :
(1) mengalami kesukaraan daaalam mengambil atau ketidakmampuan untuk membawa makanan dari piring kedaalam mulut
(2) ketidakmampuan / menolak untuk membersihkan tubuh atau bagian-bagian tubuh
(3) kelainan kemampuan atau kurangnya minat dalam memilih pakaiaan yang sesuai untuk dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan pada tahap yang emuaskan.
(4) Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi dan berkemih tanpa bantuan.

Perencanaan
Tujuan :
Jangka Panjang
Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemonstrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.
Jangka Pendek
Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu.
Intervensi dan rasional :
(a) Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan pasien.
Rasional :
Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan suatu aktivitas akan meningkatkanharga diri.
(b) Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak mampu melakukan beberapa kegiatan.
Rasional
Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan.
(c) Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya yang mandiri
Rasional
Penguatan positif akan meningkatkan harga diri daan mendukung terjadinya pengulanganperilaku yang diharaapkan.

(d) Perlihatkan pasien secara kongkrit, bagaimana melakukan kegiatan yangf menurut pasien sulit untuk dilakukannya.
Rasional
Dengan berlakunya pikiran kongkrit , penjelasan harus diberikan sesuai dengan tingkat pengertian yang nyata.
(e) Buat catatan secara terinci tentang masukan makanan dan cairan
Rasional
Informasi penting untuk mendapatkan suatu pengkajian nutrisi yang adekuat.
(f) Berikan makaanan kudapan dari cairan diantara waktu makan.
Rasional
Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam jumlah yang besar pada saat makan dan mungkin untuk itu membutuhkan penambahan makanan diluar waktu makan.
(g) Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, berikan makanan kaleng dan biarkan pasien sendiri yang membuka kalengnya, atau jika memungkinkan sarankan untuk makanan tersebut dimakan secara bersama-sama.
Rasional
Pasien akan melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama sehingga kecurigaan berkurang/hilang.
(h) Jika pasien mengotori dirinya, tetapkan jadwal rutin untuk kebutuhan defekasi dan berkemih. Bantu pasien kekamar mandi setiap satu atau 2 jam sesuai jadwal yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan, sampai pasien mampu memenuhi kebutuhan tanpa bantuan.

Kriteria hasil evaluasi :
(a) pasien makan sendiri tanpa bantuan
(b) pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya taaanpa bantuan
(c) pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.

MOLA HIDATIDOSA

Embrio yang merupakan buah/hasil konsepsi dalam perjalanannya kecavum uteri mengalami deferensiasi dan froliferasi (haploid membelah-belah terus ....126/512). Disamping membelah juga mengembangnya organ-organ spesifik, yaitu :
- Mesoderm : contohnya jantung, hati
- Endoderm : contohnya otak, syaraf, mata
- Eksoderm : contohnya otot

Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Diferensiasi Proleferasi Gastrula + Blastula Blastocyt

Pada molahidatinosa tidak terjadi derensiasi tetapi hanya froliferasi sehingga pertumbuhan tidak terkendali pada sel-sel tropoblas yang mana vaskularisasi tidak mencukupi sehingga bagian pinggir akan nekrosis dan keluar menimbulkan gelembung mola (fluksus) yang akhirnya akan mengalami mola abortion.

Diagnosis :
Kehamilan molahidatinosa akan didapatkan gambaran/tanda :
- Seperti keluhan kehamilan muda
- Dengan perubahan secara cepat menyebabkan TFU (tinggi Fundus uteri) lebih besar dari pada usia kehamilan dari pada umumnya. Sehinga pada keadaan ini harus dibedakan dari pada kehamilan gemmelli.

Perbedaan dengan kehamilan gemmelli :
- Pada kehamilan adanya goyangan anak pada mola tidak ada
- Pada kehamilan adanya DJJ dan pada mola tidak ada

Therapi
- Evakuasi, dengan persiapan khusus
o Cairan /darah
o Upaya dilatasi tujuan utama bila osteum uteri belum terbuka ( amnion 10 – 12 jam)
o Drip oxcitosin untuk menambah kontraksi, ekspulsi, menurunkan perdarahan, mencegah perforasi kebelakang
- Terapi supportif (antibiotika, transfusi, dll)
- Monitor kadar HCG sampai 1 bulan :
- Apakah ada mola
- Apakah ada tanda-tanda keganasan /Chorio Ca.
Curret bisa menyebabka robeknya mukosa endometrium sehingga bila diberikan oksitoxin maka endometrium akan menebal.

Predisposisi terjadinya Molahidatinosa :
1. Kekurangan vitamin B 12
2. Imunologi
3. Gizi terganggu

IMUNISASI

Definisi
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul.
Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
- Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
- Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:
- demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)
- kejang
- kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
- syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan.
Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.
Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL.
Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.
Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan
Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL.
Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.

Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
- IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
- OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
- Diare berat
- Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
- Kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertingi.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan.
Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV.
Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL. Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
- infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius
- gangguan sistem kekebalan
- pemakaian obat imunosupresan
- alergi terhadap protein telur
- hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
- wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).
Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak.
Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan.
Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:
- Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR.
- Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.
- Komponen gondongan Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.
- Komponen campak Jerman. Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR.
- Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul).
Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius.
Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.
Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:
- anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin
- anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin
- anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.
- wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.
Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.
Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.
Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella.
Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu. Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular.
Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal.
Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat.
Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.
- Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:
demam
- Nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
- ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.
Efek samping yang lebih berat adalah:
o kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
o pneumonia
o reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.
o ensefalitis
o penurunan koordinasi otot.

Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:
• Wanita hamil atau wanita menyusui
• Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan
• Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut
• Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
• Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid
• Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya
• Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.

Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.

Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus

..:: ALAT KONTRASKKOEPSI ::..
Dewasa ini, upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak dan jarak kelahirannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh keluarga-keluarga muda baik di perkotaan maupun di pelosok pedesaan. Kesadaran akan pentingnya perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental, spiritual maupun finansial dalam penataan masa depan anak-anak mereka. Tentu saja pandangan seperti ini masih bisa dipertanyakan mengingat pandangan seperti ini masih bisa dipertanyakan mengingat penataan masa depan keluarga sangat berkaitan dengan banyak faktor.
Sementara itu, teknologi kedokteran, riset-riset untuk menemukan ragam corak alat kontrasepsi serta industri farmasi berkembang sangat pesat dan cepat. Dengan itu, seharusnya terdapat banyak pilihan alat-alat kontrasepsi yang bisa digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan dalam upaya mewujudkan perencanaan keluarga itu. Dan dengan kemajuan teknologi pula, diharapkan risiko dari pemakaian alat-alat kontrasepsi dapat dihindari atau setidaknya dikurangi. Ini pun bukan berarti mengabaikan pentingnya melakukan kontrol atas alat-alatnkontrasepsi yang telah terpasang dalam tubuh seseorang.

RAGAM ALAT KONTASEPSI UNTUK PEREMPUAN DAN PRIA
Alat kontrasepsi untuk pria pada dasarnya masih sangat terbatas. Metode dan alat dimaksud adalah coitus interruptus (senggama terputus, atau menarik penis keluar sebelum memancarkan sperma), kondom dan vasektomi (pengikatan/pemotongan saluran sperma) yang sifatnya lebih permanen. Sementara itu, jumlah alat kontrasepsi unatuk perempuan sangat beragam, antara lain pil KB, suntikan KB, kondom/diafragma, spiral/IUD, jelly, tisu KB, susuk/norplant, sampai tubektomi.
Nampaknya, dari begitu beragamnya alat-alat kontrasepsi bagi perempuan menyebabkan banyak anggota masyarakat menganggap bahwa pembatasan kelahiran memang menjadi urusan kaum perempuan. Padahal, semua kita tahu, meskipun kehamilan hanya dialami oleh perempuan akan tetapi kehamilan tidak akan terjadi tanpa adanya sperma laki-laki.
BERBAGAI PILIHAN ALAT KONTRASEPSI
Banyak cara yang dapat dipilih apabila seorang perempuan inin menggunakan alat kontrasepsi. Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis metode kontrasepsi secara berurutan dri yang paling sederhana sampai metode yang dianggap paling mantap atau biasa disebut KONTAP:
1. Cara alamiah, meliputi metode senggama terputus dan metode kalender.
2. Cara sederhana, terdiri dari kondom, jelly, diafragma, spermisida, tisu KB.
3. Alat kontrasepsi hormonal, yakni pil dan susuk (implant).
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) yang dikenal dalam beberapa jenis desain seperti lippes loop (spiral), Cu T, multiload, Cu 7.
5. Kontrasepsi mantap (KONTAP) yakni tubektomi (untuk perempuan) dan vasektomi (untuk laki-laki).
6. Kontrasepsi dengan menggunakan cara-cara tradisional seperti badeg tape, buah nanas muda, arang batok kelapa, air rendaman gambir, buah mengkudu dan lain-lain.
CARA ALAMIAH:
SENGGAMA TERPUTUS
Senggama terputus; sebenarnya adalah senggama biasa. Hanya pada saat hampir terjadi ejakulasi, penis segera ditarik keluar sehingga cairan sperma yang lekuar tidak masuk ke dalam liang senggama atau vagina. Dengan cara ini kemungkinan terjadinya pembuahan (kehamilan) bisa dikurangi. Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan obat atau alat sama sekali. Dengan demikian cara ini sebenarnya relatif sehat bagi perempuan dari pada menggunakan alat KB yang lain. Akan tetapi risiko kegagalan metode ini cukup tinggi. Ini disebabkan karena kontrol atas teknik ini tidak ada pada perempuan. Jadi sepenuhnya diserahkan pada kesadaran pihak pasangan. Padahal seringkali terjadi cairan sperma cepat keluar, bahkan sebelum laki-laki yang bersangkutan merasa telah terjadi ejakulasi. Kadang-kadang laki-laki juga engan untuk menarik penisnya pada saat puncak ejakulasi terjadi karena mengurangi kenikmatan bersenggama. Jadi untuk ber KB cara ini benar-benar dibutuhkan kesediaan dan kesadaran dan disiplin dari pihak pria. Ada pendapat cara ini menggangu kepuasan dalam bersenggama, sehingga sering terjadi kekecewaan. Komunikasikan terlebih dahulu antara pasangan, jika memang betul-betul untuk memilih cara ini. Karena dengan disiplin yang tinggi, bukan mustahil untuk memilih cara ini yang tergolong aman.
METODE KALENDER (TANGGALAN)
Metode kalender adalah cara menentukan kapan melakukan atau tidak melakukan persetubuhan dengan memperhitungkan kalender kesuburan perempuan. Sebelum menjalankan metode ini, sebaiknya selama 3 bulan dilakukan pengamatan untuk mengetahui lama siklus haid yang akurat. Anjuran bagi pengguna metode ini adalah: jangan bersenggama pada masa subur yaitu dua hari sebelum dan sesudah sel telur keluar.
CARA SEDERHANA:
Metode ini memerlukan bantuan alat-alat yang dipakai di luar alat reproduksi.


Kondom dibuat dari karet yang sangat tipis dan relatif kuat yang digunakan dengan cara menutupi atau membungkus penis agar sperma yang keluar tidak tumpah ke dalam vagina. Kondom dibuat setipis mungkin agar tidak terlalu menggangu persenggamaan. Secara teoritis kondom juga dibuat sangat kuat, sehingga tidak akan koyak akibat gesekan penis atau ejakulasi. Selain itu kondom juga dilengkapi dengan jenis cairan pelumas yang memudahkan dalam pemakaiannya. Kalau diamati bentuknya, pada ujung kondom itu terdapat sebuah kantung kecil menyerupai puting susu. Gunanya adalah untuk menampung sperma apabila ejakulasi. Cara menggunakan kondom ini amatilah mudah dan sederhana. Pertama-tama, setelah kemasannya dibuka akan didapati gulungan karet yang menyerupai karet gelang. Lalu bagian ujung dari kondom yang menyerupai puting susu itu dipencet untuk mengeluarkan udara. Hal ini perlu diperhatikan sebab bila masih ada sisa udara dikhawatirkan kondom akan pecah di saat cairan mani menyemprot keluar. Segera setelah ereksi sarungkanlah dengan membuka gulungan kondom sampai ke pangkal penis. Setelah melakukan senggama, penis harus segera dikeluarkan. Ini dimaksudkan agar penis tidak mengecil selagi masih ada dalam vagina dan menyebabkan cairan sperma yang telah ditampung akan tumpah kembali. Cara mengeluarkan penis yang bersarung kondom ini juga sebaiknya hati-hati. Peganglah pangkal kondom agar cairan mani tidak tertumpah. Singkatnya, kondom digunakan untuk mencegah kehamilan dengan jalan menghalangi cairan mani masuk ke dalam liang vagina.

Kelebihan dari alat ini adalah:

Mudah dipakai.

Dapat mencegah penularan penyakit kelamin.

Efek samping hampir tak ada.

Membantu mencegah kanker leher rahim.

Dapat digunakan untuk penangkal menularnya HIV, yakni virus penyebab AIDS.
Kelebihan lain dari kondom adalah perlindungan terhadap kemungkinan terjangkit kuman penyakit kelamin, baik dalam saluran kelamin laki-laki atau perempuan. Seperti diketahui saluran kelamin terutama vagina dan daerah "mata" diujung penis adalah yang terbuka dan terdiri dari jaringan lunak. Dan ini adalah wilayah yang sangat peka terhadap kemungkinan terjangkit inferksi yang disebabkan oleh virus atau kuman. Dengan kondom, penyebaran penyakit kelamin atau penyakit-penyakit lain yang menular melalui hubungan seks apalagi jika itu adalah perilaku seks tidak aman dapat dihindari. Ada anggapan, bahwa pemakaian kondom akan mengurangi gairah seksual. Anggapan ini tidak benar. Yang terjadi adalah salah satu atau kedua pihak suami-istri "merasa" bahwa benda itu jadi penghalang antara keduanya. Jadi penggunaan kondom pada dasarnya tidak akan mengurangi gairah seks sepanjang kedua pasangan itu dapat menghilangkan perasaan bahwa hubungan mereka telah terhalang oleh selembar kondom. Tapi bagaimanapun juga, sebagai alat kontrasepsi kekurangan kondom tetap ada. Bagi yang sensitif terhadap benda berbahan karet/latex penggunaan kondom akan menyebabkan iritasi seperti merasa panas, gatal bahkan lecet-lecet. Kekurangan lain, kondom dianggap tidak praktis, harus selalu diganti setiap kali bersenggama. Oleh karenanya, usahakan untuk selalu memiliki persediaan. Simpanlah di tempat yang bersih dan mudah dijangkau, sehingga bila sewaktu-waktu diperlukan, tidak perlu repot mencarinya. Kegagalan dalam metode ini juga bisa terjadi jika kondom dipakai persis sesaat sebelum cairan mani keluar, atau kondom tidak segera dilepas pada saat penis kembali ke bentuk normal, sehingga cairan yang semula sudah tertampung kembali ke dalam vagina.
Kelemahan alat kontrasepsi kondom:
Beberapa kasus baik laki-laki maupun perempuan mengalami nyeri dan panas, gatal dan alergi dan bahkan lecet, pada alat kelaminnya setelah memakai kondom. Jika ini terjadi, sebaiknya pemakaian kondom dihentikan dan beralih ke metode kontrasepsi lain. Saat ini telah dikembangkan sejenis kondom yang digunakan perempuan atau biasa disebut femidom. Memang masih agak jarang dijual dipasaran dan harganya pun relatif masih mahal. Secara teknik penggunaannya sama dengan kondom, demikian juga berfungsinya. Kelebihan dan kekurangan dari femidom relatif sama dengan kondom. Demikian juga persentase keberhasilan atau kegagalannya. Dengan cara penggunaan yang tepat alat ini sama efektifnya dengan kondom.
TISU KB
Tisu KB berbentuk kertas tipis yang mudah hancur apabila dimasukkan ke dalam liang kemaluan perempuan. Biasanya tisu ini dikemas dalam bungkus kertas melamin yang kedap air dan udara luar. Tisu KB mengandung zat aktif yang dapat menetralisir sperma laki-laki yang masuk ke dalam vagina perempuan. Zat inilah yang mempengaruhi sperma sehingga tidak lagi mampu membuahi. Dengan cara ini tisu KB mencegah terjadinya kehamilan.
Cara menggunakan tisu KB
Satu hal yang harus diingat adalah bahwa tisu KB sebaiknya dipakai sekitar 2-5 menit sebelum berhubungan intim. Karena cara memasukkan tisu tersebut dengan menggunakan jari, maka sebaiknya tangan dicuci terlebih dahulu dan dikeringkan sampai kering benar. Setelah itu ambil sebuah tisu dan buka bungkusnya lebar-lebar. remas tisu sampai menjadi gumpalan kecil, kemudian masukkan ke dalam liang kemaluan dengan cara mendorongnya dengan jari sampai menyentuh mulut rahim. Tunggu sekitar 2-5 menit sampai tisu hancur akan berfungsi lebih baik, karena sudah menjadi lendir yang mengandung zat aktif untuk menetralkan sperma atau bibit laki-laki. Setelah selesai, sebaiknya kemaluan tidak dicuci selama 6 jam. Hal ini perlu agar penetral bekerja lebih efektif. Juga jangan lupa memakai tisu baru apabila senggama diulang.
Kelebihan metode tisu KB
Tisu KB mudah didapat di apotek tanpa resep dokter. Dan, seperti juga kondom, tisu KB mudah dipakai sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain. Selain itu juga tisu KB juga sama sekali tidak akan mengganggu, karena ia hancur tak lama setelah dimasukkan ke dalam liang senggama.
Kekurangan metode tisu KB
Selalu harus memakai tisu baru pada saat hendak bersenggama membuat beberapa pasangan merasa repot dan terganggu. Selain itu pasangan yang memilih metode KB ini juga harus selalu menyimpan persediaan dirumah. Ada sementara pasangan yang alergi dengan zat yang terkandung dalam tisu KB ini. Biasanya yang dikeluhkan adalah rasa panas dan gatal. Apabila ini terjadi, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya agar diganti dengan kontrasepsi lain yang lebih cocok.
SPERMISIDA
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan-bahan kimia yang mematikan sperma dan dengan demikian mencegah terjadinya kehamilan. Bentuknya bermacam-macam seperti: krim, tablet, jeli, busa, dan lain-lain. Semuanya memiliki fungsi yang sama yaitu mematikan sperma. Berbeda dengan tisu KB, spermisida harus dioleskan kedalam liang sanggama sekitar 10 menit sebelum senggama. Sebelumnya jangan lupa mencuci tangan bersih-bersih dan mengeringkan dengan sempurna. Oleskan spermisida sedalam mungkin (disekitar mulut rahim). Sebaiknya pemakaiannya diulang setiap kali hendak bersenggama. Spermisida hanya efektif 1-2 jam setelah dioleskan. Seperti halnya kondom dan tisu KB, spermisida ini juga tidak memerlukan resep dokter, murah dan mudah didapat di apotik dan toko-toko obat. Disamping itu spermisida juga mudah dipakai sendiri. Salah satu fungsi dari spermisida ini adalah dapat mencegah kanker leher rahim. Hal ini karena zat aktif yang dikandungnya juga berfungsi sebagai pembunuh kuman-kuman penyakit. Spermisida juga tidak mempengaruhi produksi air susu ibu, sehingga bisa juga digunakan oleh ibu-ibu yang sedang menyusui.
Kekurangan metode spermisida
Sama seperti kondom dan tisu KB, pemakaian yang senantiasa harus diulang sering membuat orang merasa repot. Disamping juga harus dipastikan agar selalu memiliki persediaan. Efek yang lain adalah kemungkinan terjadi alergi pada orang-orang yang sensitif terhadap zat aktif dalam spermisida. Seperti kondom dan tisu KB, alat ini sering dikeluhkan mengakibatkan rasa panas, nyeri, dan bahkan lecet-lecet. Yang juga menjadi kendala adalah tidak atau kurang keberanian untuk memakai alat ini. Tidak semua perempuan berani memasukkan jarinya ke liang senggama untuk mengoleskan zat ini. Karena itu untuk mereka yang alergi dan tidak berani memakainya, sebaiknya dicari alternatif lain yang cocok. Masih banyak alat kontrasepsi yang bisa kita pilih sendiri.
SPIRAL (IUD/AKDR)
IUD (intra uterine device), atau dalam bahasa Indonesia disebut alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang oleh masyarakat awam biasa disebut spiral. Sesuai dengan namanya AKDR, alat ini dipakai di dalam rahim. Sejak metode AKDR dikenalkan banyak orang menggunakan untuk program pengaturan jumlah anak dalam keluarga karena relatif aman, mudah, dan murah. Pengguna alat kontrasepsi ini tidak perlu mengulang pemakaiannya setiap kali, sehingga tidak merepotkan. Disamping itu, AKDR tidak mengandung zat-zat hormonal yang dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Saat ini bentuk AKDR bermacam-macam. Salah satunya misalnya yang berbentuk T dengan lilitan tembaga, dan banyak lagi.
Cara pemasangan AKDR
Pasangan yang memutuskan untuk memiih AKDR sebagai metode ber-KB sebaiknya dibantu oleh dokter, bidan, atau tenaga medis lain yang sudah terlatih. Sebelumnya, kesehatan anda akan diperiksa cermat untuk memastikan cocok-tidaknya metode ini bagi yang bersangkutan. Apabila ternyata cocok, maka waktu pemasangan yang tepat adalah pada waktu menstruasi atau 40 hari setelah melahirkan.
Dimana AKDR dipasang? AKDR dipasang didalam rahim. Benang AKDR berfungsi untuk memudahkan kontrol dan pencabutan. Kadang-kadang, pada saat menstruasi, AKDR sedikit turun dari posisinya. Tapi pada saat menstruasi berakhir, AKDR akan kembali ke posisi semula. Beberapa pira mengeluh merasa nyeri pada saat bersenggama. Ini disebabkan karena ujung penisnya mengenai benang AKDR tersebut. hal ini bisa dikonsultasikan dengan dokter untuk merapikan posisinya atau ujung benangnya akan dipotong.
Kelebihan dari metode AKDR
Alat kontrasepsi ini tidak mengganggu kelancaran produksi air susu ibu. Sehingga ibu tidak usah khawatir bayinya akan kekurangan susu. Alat ini juga aman untuk digunakan dalam jangka waktu lama, yakni antara 3-5 tahun, tergantung pada jenis spiral yang dipakai. Disamping itu, memakai AKDR berarti terhindar dari resiko kehamilan yang disebabkan karena lupa memakainya seperti, pada kondom, tisu KB, atau spermisida.
Kekurangan dari metode AKDR
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:
1. Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing, muntah-muntah.
2. Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
3. Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
4. Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter jika anda menemukan gejala-gejala diatas.

ALAT KONTRASEPSI HORMONAL
Alat kontrasepsi ini mengandung hormon-hormon reproduksi perempuan. Proses menstruasi terjadi karena hormon estrogen dihambat oleh hormon progesteron. Berdasarkan konsep tersebut alat kontrasepsi ini diciptakan. Ada beberapa metode dalam kelompok alat kontrasepsi ini yakni berupa pil, suntikan dan susuk. Ketiganya efektif mengandung hormon dengan komposisi yang kurang lebih sama. Misalnya, pil microgynon yang mengandung levenorgestrel (turunan dari hormon progesteron), serta etunilestradiol (turunan dari hormon estrogen). Dengan penambahan hormon-hormon tersebut, diharapkan proses pematangan sel telur dicegah sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma. Hormon-hormon yang dikandung oleh alat kontrasepsi ini juga menyebabkan getah pada liang peranakan tetap kental, sehingga sperma tidak dapat bergerak lebih jauh. Selain itu, dengan penambahan hormon ini berarti lapisan peranakan tidak dipersiapkan untuk menerima kehamilan, sehingga telur yang dibuahi tidak dapat menempel pada dinding rahim.
PIL
Cara kerja pil ini sama seperti telah disebutkan di atas, yakni mencegah proses pematangan telur sehingga tidak bisa dibuahi. Bila anda memutuskan untuk memakai pil sebagai alat kontrasepsi perlunya dilihat langkah-langkah sebagai berikut:
1. Periksakan kesehatan anda pada dokter atau bidan. Mintalah bantuan dokter atau bidan untuk mendapatkan gambaran rinci mengenai kondisi kesehatan anda.
2. Perhatikan dan diskusikan riwayat kesehatan anda dengan dokter atau bidan. Ini penting sebab kontraindikasi yang mungkin akan timbul setelah pemakaian pil akan berpengaruh, atau bahkan membahayakan kesehatan anda.
3. Apabila dokter atau bidan menyatakan anda cocok untuk memakai pil. Langkah berikutnya adalah memperhatikan cara minum pil yang tepat. Jika anda mendapat pil sejumlah 28, maka anda harus meminumnya setiap hari tanpa jeda. Tapi jika anda mendapat dosis 21 pil, maka setelah habis 1 dosis tersebut (tiga minggu), anda harus berhenti selama 7 hari untuk kemudian melanjutkan lagi dengan dosis berikutnya.
4. Sebagai catatan, pemakaian pil efektif bila anda tidak lupa meminumnya setiap hari.
5. Minum 1 pil setiap hari, menurut urutan tanggal, usahakan untuk minum pada waktu yang sama setiap harinya.
6. Jika anda lupa 2 hari berturut-turut, manfaat pil telah berkurang. Gunakan alat kontrasepsi lain yang tidak mengandung hormon, sementara terus meminum pil tersebut.
7. Apabila anda telah menggunakan pil selama 5 tahun berturut-turut, sebaiknya anda berganti ke alat kontrasepsi lain yang tidak lagi bersifat hormoral. demikian pula bila usia anda sudah mencapai 35 tahun.
8. Untuk ibu yang sedang menyusui, tersedia pil khusus yang tidak akan mengganggu kelancaran produksi ASI, misalnya Exluton.
Kelebihan dan kekurangan metode pil hormonal
Pil relatif mudah dipakai dan tidak mengganggu siklus (jadwal) menstruasi. Akan tetapi pil mengandung sejumlah kekurangan yaitu:

Beberapa hari pertama pemakaian pil, dikeluhkan beberapa penggunanya karena dirasakan mual, pusing-pusing, kelebihan dan sedikit pendarahan. Jika gejala ini tidak berlangsung terlalu lama sekitar satu bulan anda tidak perlu cemas. Tetapi jika lebih dari waktu itu, segeralah hubungi dokter. Barangkali

Hampir semua pil menyebabkan air susu ibu berkurang. Tapi kalau terpaksa, gunakan pil yang tidak mengganggu kelancaran produksi ASI.

Kelemahan lain dari metode ini adalah resiko lupa yang tinggi. Karena pil KB baru bermanfaat benar apabila di minum setiap hari dan pada waktu yang sama.
Pil ini juga membahayakan bagi pemakai bila terjadi hal seperti dibawah ini dan anda dianjurkan untuk segera ke puskesmas/bidan/klinik jika mengalami:
1. Nyeri perut.
2. Sakit dada atau sesak nafas.
3. Kelainan pada penglihatan (misalnya kabur).
4. Nyeri pada tungkai.

Penderita sakit kuning.

Penderita kelainan jantung.

Penderita varises (urat kaki keluar).

Pengidap tekanan darah tinggi.

Pengidap kencing manis (diabetes).

Penderita migrain (sakit kepala sebelah).

Mereka yang mengalami pendarahan dari kemaluan tanpa sebab-sebab jelas.
SUNTIKAN
Suntikan termasuk dalam kelompok alat kontrasepsi hormonal. Sesuai dengan namanya, cara pemakaianya dengan menyuntikkan zat hormonal ke dalam tubuh. Zat hormonal yang terkandung dalam cairan suntikan dapat mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Biasanya efektif selama 1-3 bulan, tergantung pada kandungan dan jenis zat dan yang ada. Apabila anda memutuskan untuk memilih metode ini, sebagai alat kontrasepsi maka, seperti halnya penggunaan pil,
Hal pertama yang harus anda lakukan adalah memeriksakan kesehatan anda ke dokter. Ini juga untuk memastikan apakah pilihan ini cocok untuk anda.
Hal kedua, apabila dokter menyatakan kecocokan, maka anda akan disuntikkan pada lengan atas atau belakang anda.
Hal ketiga, karena efektifitas suntikan ini akan berkurang setelah 1-3 bulan, maka setelah waktu yang ditentukan, anda biasanya diminta untuk kembali ke rumah sakit dan mendapatkan suntikan lagi. Untuk hasil maksimal, datanglah sesuai tanggal yang telah ditentukan dokter atau bidan anda.
Kelebihan dari suntik hormonal:
Pertama, zat hormonal yang dikandung oleh cairan suntik ini direkomendasi karena tidak mengganggu laktasi (produksi air susu ibu). Oleh karena itu suntikan dapat segera diberikan setelah 40 hari sejak ibu melahirkan. Contoh suntikan yang aman, menurut data obat di Indonesia, edisi ke-8, 1992 adalah depo provera. Juga, jika sewaktu-waktu ada keinginan untuk hamil kembali, maka suntikan dapat segera dihentikan. Selain itu, suntik juga tidak menyebabkan kurang darah.
Kekurangan dari metode suntik hormonal:
Pada hari-hari pertama setelah disuntik, beberapa orang mengeluh mengalami pusing-pusing, mual, atau pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Selain itu, suntik juga biasanya akan mengubah siklus dan waktu menstruasi. Pada beberapa orang, menstruasi bisa jadi berkurang atau bahkan berhenti sama sekali. Jika ini terjadi anda tidak perlu khawatir, karena ini tidak membahayakan kesehatan. Kelemahan lain dari metode ini adalah karena ini hanya efektif untuk jangka waktu tertentu dan sesudahnya harus diperbarui lagi-adalah resiko gagal karena lupa. Keluhan senada juga dilontarkan oleh peserta group diskusi. Jadi sekali lagi memeriksa diri dengan benar akan sangat membantu, selain berkonsultasi dengan ahlinya. Anda dianjurkan untuk segera pergi ke rumah sakit/klinik/petugas kesehatan lainnya jika mengalami:
Ø Pendarahan hebat (lebih banyak dibanding waktu haid)
Ø Pusing atau rasa mual yang berlebihan
Ø Penurunan atau penambahan berat badan yang menyolok
Ø Terlambat haid yang disertai tanda-tanda kehamilan, seperti pusing, mual-mual, dan muntah (resiko kegagalan 1:1000)
Mereka yang tidak cocok memakai metode suntik:
Ø Ibu-ibu yang sedang hamil.
Ø Penderita tumor/kanker.
Ø Penderita penyakit jantung.
Ø Penderita penyakit hati.
Ø Penderita darah tinggi.
Ø Penderita penyakit kencing manis.
Ø Penderita penyakit paru-paru.
Ø Ibu-ibu yang mengalami pendarahan dari kemaluan yang tidak diketahui sebabnya.
Mereka ini sebaiknya berhati-hati kalau memilih metode ini, atau sebaliknya mencari alternatif lain yang lebih cocok.

ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT (AKBK) ATAU SUSUK
Alat KB yang terdiri dari 6 tube kecil dari plastik dengan panjang masing-masing 3cm ini dikenal di Indonesia dengan nama susuk KB. Hormon yang dikandung dalam susuk ini adalah progesterone, yakni hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak dan, dengan demikian menyebabkan terjadinya menstruasi. Alat KB yang ditempatkan di bawah kulit ini efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormon akan mengalir ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Susuk KB bekerja efektif selama 5 tahun. Jika dalam waktu tersebut si pemakai menginginkan kehamilan, maka susuk dapat segera diangkat. Tapi jika tidak, si pemakai tidak perlu repot-repot lagi menggunakan alat KB lain. Hanya sesekali ia perlu memeriksakan kesehatan ke dokter atau bidan yang memasangkan susuk tersebut.

Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit. Namun demikian, efek sampingan yang dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat dan kondisi kesehatannya terlebih dulu kepada dokter. Selain itu hanya dokter dan petugas medis yang terlatih, yang dapat memasangkan susuk KB ini. Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai pemasangan susuk KB ini adalah:
1. AKBK atau susuk disusupkan dibawah kulit lengan kiri bagian atas. Hal ini tergantung pada kebiasaan kita yang umumnya lebih banyak menggunakan tangan kanan dibanding tangan kiri. Oleh karena itu, bagi mereka yang kidal dianjurkan untuk memasang susuk di bawah kulit lengan kanan bagian atas.
2. Karena cara menyusupkan susuk ini adalah dengan sedikit menyayat kulit, maka sebelumnya pemakai akan dibius lokal terlebih dahulu untuk mengurangi rasa sakit.
3. Susuk dipasang pada waktu menstruasi atau haid. Atau dapat juga setelah 40 hari melahirkan.
4. Setelah susuk dipasang, luka bekas sayatan harus dijaga tetap bersih dan kering, tidak boleh kena air selama 5 hari.
5. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter atau bidan terlatih; 1 minggu setelah susuk dipasang, dan setelah itu 1 tahun sekali selama pemakaian.
6. Sesudah 5 tahun, susuk harus diambil dan diganti dengan yang baru.
Dengan memakai susuk, anda aman dari kemungkinan hamil utnuk jangka waktu yang relatif lama (5 tahun). Selain itu, anda juga terhindar dari faktor lupa.
Kekurangan dari metode susuk KB:
Setelah pemasangan, beberapa orang mengalami pendarahan sedikit-sedikit diluar waktu menstruasi (spoting). Beberapa mengeluh jadwal menstruasi menjadi tidak teratur (berubah-uabh) dan bahkan berhenti menstruasi sama sekali. Mereka juga mengalami kenaikan berat badan. Semua ini adalah hal yang umum dialami oleh pemakai susuk KB. Jika yang bersangkutan tidak merasa terganggu, pemakaian boleh diteruskan. Tetapi untuk lebih amannya, ada baiknya pemakai memperhatikan catatan berikut ini. Anda dianjurkan untuk segera pergi kerumah sakit/klinik/petugas kesehatan lainnya jika:
1. Luka bekas pemasangan berdarah atau membengkak (infeksi).
2. Terjadi pendarahan yang banyak sekali, lebih hebat dari haid.
3. Sakit Kepala berat dan mata berkunang-kunang.
4. Terlambat haid disertai tanda-tanda kehamilan misalnya pusing, mual dan muntah-muntah (resiko kegagalan 2:1000).
Karena alat kontrasepsi ini digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama 4 sampai 5 tahun maka bagi mereka yang menghendaki untuk hamil diantara waktu tersebut sebaiknya tidak menggunakan jenis alat kontrasepsi ini.
Susuk KB tidak cocok untuk mereka yang menderita:
1. Tumor.
2. Gangguan pada jantung.
3. Gangguan pada hati.
4. Darah tinggi.
5. Kencing manis (diabetes).
6. Berusia diatas 35 tahun.
7. Pendarahan dari kemaluan yang tidak diketahui sebabnya.
8. Belum mempunyai anak.
KONTRASEPSI MANTAP (KONTAP)
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki). Kontap dijalankan dengan melakukan operasi kecil pada organ reproduksi, baik untuk tubektomi bagi perempuan, maupun vasektomi bagi lelaki. Dengan cara ini, proses reproduksi tidak lagi terjadi dan kehamilan akan terhindar untuk selamanya. Karena sifatnya yang permanen, kontrasepsi ini hanya diperkenankan bagi mereka yang sudah mantap memutuskan untuk tidak lagi mempunyai anak. Itulah sebabnya kontrasepsi ini disebut kontrasepsi mantap.
TUBEKTOMI
Pada tubektomi, tindakan operasi kecil untuk mencegah kehamilan dilakukan pada saluran telur perempuan. Dengan memotong atau mengikat salah satu bagian saluran yang dilalui sel telur, diharapkan tidak terjadi pembuahan (kehamilan).
Beberapa hal yang sebaiknya dipertimbangkan sebelum melakukan KONTAP:
Sama seperti alat kontrasepsi lainnya, musyawarahkan dengan pasangan anda siapa diantara keduanya yang akan menjalankan kontrasepsi mantap ini. Bilaa anda telah benar-benar mantap untuk melakukan tubektomi, dan telah mendapat jaminan dari dokter bahwa tidak akan ada resiko setelah menjalaninya, maka yang perlu anda pahami adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Dengan tubektomi saluran yang membawa sel telur ke rahim akan dipotong atau diikat. Lalu bagaimana dengan sel telur yang dihasilkan setiap bulannya? Anda tidak perlu khawatir, sebab sel telur yang dihasilkan tersebut akan diserap kembali oleh tubuh tanpa menimbulkan efek apa-apa terhadap tubuh.
2. Operasi ini memang tergolong operasi kecil. Meskipun demikian, ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang terlatih. Sebelumnya anda akan mendapatkan pembiusan (anestesi) lokal agar tidak merasa sakit.
3. Operasi ini dapat dilakukan kapan saja, yang penting anda tidak sedang hamil. Sebenarnya, akan lebih mudah bagi dokter bila operasi dilakukan pada masa-masa nifas yaitu setelah anda melahirkan. Mengapa? Karena pada waktu ini saluran sel telur (tuba fallopian) masih jelas terlihat.
4. Operasi tubektomi (begitu juga vasektomi) tidak ada pengaruhnya atau tidak ada hubungannya dengan menaiknya atau menurunnya gairah seksual seseorang. Akan tetapi karena sifatnya yang mantap menyebabkan orang tidak merasa khawatir hamil kembali. Keadaan ini membuat seseorang merasa aman secara psikologis sehingga dapat menciptakan hubungan yang lebih santai.
TIPS BILA ANDA SELESAI MENJALANI OPERASI TUBEKTOMI
1. Istirahat secukupnya, dan selama 7 hari dianjurkan tidak bekerja berat.
2. Bekas luka harus tetap bersih dan kering (tidak boleh kena air selama 7 hari).
3. Minumlah obat yang diberikan dokter sesuai petunjuk.
4. Senggama dapat dilakukan setelah 1 minggu.
5. Jangan lupa melakukan pemeriksaan ulang. Biasanya dokter menganjurkan pemeriksaan dilakukan setelah 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan 1 tahun setelah operasi.
Kelebihan dari metode KONTAP:
Pertama, cara KB ini tidak akan mengganggu kelancaran air susu ibu. Selain itu, jarang sekali ada keluhan tentang efek samping dari mereka yang memilih cara ini. Hal ini bisa dipahami karena memang tidak ada obat yang harus diminum atau alat yang dikenakan pada tubuh. Dalam beberapa pertemuan, pertanyaan yang sering muncul adalah kemana larinya sel telur, sementara saluran ke rahim telah dipotong atau dihalangi? Seperti telah dijelaskan di atas, sel-sel telur yang diproduksi itu akan langsung diserap kembali oleh tubuh tanpa membuat tubuh menjadi sakit atau terganggu.
Kedua, dengan cara kontrasepsi ini, resiko kehamilan bisa dihindari. Angka kegagalan hampir tidak ada. Pertanyaan penting lain yang muncul adalah hubungan tubektomi dengan gangguan gairah seksual, mengingat sudah tidak ada lagi sel telur yang keluar. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, hilangnya gairah seks akibat tubektomi ini hanyalah mitos belaka yang tidak ada kebenarannya. Seandainya ada keluhan, itu biasanya disebabkan oleh faktor psikologis semata. Ini merupakan kelebihan ketiga dari cara kontrasepsi ini yaitu tidak terpengaruhinya hubungan seks diantara keduanya yang disebabkan oleh tindakan vasektomi atau tubektomi. Dengan kontrasepsi ini, efek samping yang pasti muncul hanyalah luka parut kecil bekas operasi di bagian bawah perut. Meskipun demikian, beberapa hal di bawah perlu juga diperhatikan:
Segeralah menemui dokter apabila anda mengalami hal-hal berikut setelah operasi berlangsung:
1. Muntah-muntah yang hebat.
2. Nyeri perut yang sangat.
3. Sesak nafas.
4. Demam tinggi.
5. Terlambat haid yang disertai oleh tanda-tanda kehamilan seperti pusing, mual, dan muntah-muntah.
Beberapa orang yang dianggap tidak cocok dengan cara kontrasepsi ini adalah:
1. Pasangan yang belum mempunyai anak.
2. Penderita penyakit jantung.
3. Penderita penyakit paru-paru.
4. Penderita hernia.
5. Pernah dioperasi di daerah perut.
6. Pasangan yang masih ragu-ragu untuk menggunakan cara ini.
Dengan kata lain, kontrasepsi ini hanya dianjurkan untuk mereka yang tidak memiliki kecenderungan penyakit tersebut diatas, atau tidak lagi berkeinginan menambah jumlah anak, atau yang memiliki masalah berat lain sehingga kehamilan akan sangat berbahaya baginya.
Sebelum menjadi akseptor kontap, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:
1. Harus dilakukan secara sukarela, bukan karena paksaan pihak lain.
2. Sudah mendapat keterangan dari dokter atau petugas kesehatan lain mengenai indikasi dan kontra-indikasi dari kontrasepsi ini.
3. Menandatangani persetujuan tertulis atas rencana operasi ini (informed consent).
Satu hal yang sebaiknya diingat adalah sangat kecil kemungkinannya untuk tidak menyebut tidak ada peluang sama sekali orang bisa hamil lagi setelah operasi tubektomi. Oleh karenanya perlu dipertimbangkan dengan matang sebelum sampai pada keputusan menjadi akseptor kontrasepsi mantap ini.
VASEKTOMI
Prinsipnya sama dengan tubektomi pada perempuan, yaitu menutup saluran bibit laki-laki dengan melakukan operasi kecil pada kantong zakar sebelah kanan dan kiri. Operasi ini tergolong ringan, bahkan lebih ringan dari khitan (sunat) dan bisa dilakukan tanpa pisau. Seperti juga pada perempuan, bibit laki-laki yang tidak keluar akan diserap kembali oleh tubuh tanpa menimbulkan efek apapun. Berikut adalah ilustrasi bagian reproduksi pria yang diikat atau dipotong pada operasi vasektomi, agar sel mani atau bibit laki-laki tidak keluar. Meskipun ringan, operasi ini memerlukan bius (anestesi) untuk mengurangi rasa sakit. Sebelumnya, dokter yang akan menangani operasi akan memeriksa secara teliti kondisi kesehatan yang bersangkutan. Operasi bisa dilakukan kapan saja dan boleh dokter yang betul-betul terlatih menangani masalah ini.
Hal yang harus dilakukan setelah menjalani operasi:
1. Istirahat secukupnya, dan selama 7 hari setelah operasi sebaiknya tidak bekerja berat.
2. Bekas luka harus bersih dan tetap kering selama 7 hari.
3. Minum obat yang diberikan oleh dokter sesuai aturan.
4. Meski sudah boleh berhubungan intim dengan istri/pasangan setelah 7 hari tindakan operasi diambil, namun pasangan tersebut masih harus memakai alat kontrasepsi lain selama kurang lebih 3 bulan. Bagi pria, kira-kira pada 10-12 kali persenggamaan setelah operasi, dianjurkan memakai kondom. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kehamilan akibat sisa-sisa sperma yang terdapat dalam cairan mani. Sementara pasangannya menggunakan metode lain yang cocok. Setelah vasektomi, air mani tetap ada, tetapi tidak lagi mengandung bibit. Ini karena vasektomi tidak sama dengan pengebirian.
5. Jangan lupa memeriksa ulang ke dokter: 1 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun setelah operasi.
Seperti yang terjadi dengan sel telur perempuan, sperma yang diproduksi oleh tubuh pria juga akan diserap kembali oleh tubuh tanpa menyebabkan satu penyakit atau gangguan metabolisme apapun. Vasektomi adalah metode kontrasepsi dengan kemungkinan gagal sangat kecil. Disamping itu, hampir tidak ada efek samping yang muncul setelah operasi ini. Memang beberapa orang mengeluhkan tentang gangguan terhadap gairah seksual mereka. Tapi biasanya itu hanya bersifat psikologis, bukan gejala fisiologis. Namun bagaimanapun, resiko dari vasektomi masih ada yaitu infeksi karena operasi. Kalau ini terjadi, segeralah hubungi dokter untuk penanganan secara seksama.
Mereka yang tidak cocok dengan metode ini:
Ø Penderita hernia.
Ø Penderita kencing manis (diabetes).
Ø Penderita kelainan pembekuan darah.
Ø Penderita penyakit kulit atau jamur didaerah kemaluan.
Ø Tidak tetap pendiriannya.
Ø Memiliki peradangan pada buah zakar.
Mereka yang dianggap cocok dengan cara ini adalah:
Ø Pasangan yang tidak lagi ingin menambah jumlah anak.
Ø Pasangan yang istrinya sudah sering melahirkan, atau
Ø Memiliki penyakit yang membahayakan kesehatan.
Ø Pasangan yang telah gagal dengan kontrasepsi lain.
Seperti juga pada operasi tubektomi, pria yang akan melakukan operasi vasektomi harus melakukannya secara sukarela dan menandatangani surat persetujuan. Disamping itu mereka berhak mendapat keterangan yang benar dan terperinci dari dokter atau petugas pelayanan KONTAP lainnya.
ANGGAPAN KELIRU MENGENAI CARA-CARA PENCEGAHAN KEHAMILAN:
Meskipun dewasa ini telah tersedia berbagai pilihan alat kontrasepsi, dan dengan tingkat keberhasilan yang beragam, tidak sedikit orang yang masih keliru dalam memahami tentang cara pencegahan kehamilan secara benar. Hal ini disebabkan, antara lain karena pemberian informasi (hak informasi) para akseptor tidak selalu dipenuhi oleh para petugas kesehatan. Dengan anggapan bahwa masyarakat tidak butuh informasi menyebabkan tidak sedikit munculnya mitos-mitos dan kekeliruan dalam pemahaman tentang cara menceah kehamilan muncul dengan suburnya. Misalnya, anggapan bahwa “selama masa menyusui dan belum haid kembali ibu tidak akan hamil”. Anggapan ini sama sekali benar. Dengan tingkat gizi yang kian membaik dan pola kerja kaum perempuan yang cenderung berubah sehingga intensitas penyusuan terganggu, maka kemungkinan hamil dalam masa menyusui bisa terjadi.
Contoh anggapan keliru lainnya adalah menghambat laju sperma dengan cara melompat-lompat, jongkok atau segera mencuci kemaluan sesaat setelah melakukan hubungan seks. Cara-cara seperti ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat kita, terutama oleh kaum perempuan. Padahal daya kerja sperma yang berjumlah ribuan dan menyemprot jauh di dalam rahim tidak akan keluar atau turun meskipun dengan cara melompat, jongkok atau mencucinya. Tidak jarang, anggapan keliru itu bisa membahayakan kesehatan perempuan itu sendiri. Misalnya meminum berbagai ramuan seperti ragi tapai, bir hitam atau parutan nanas muda atau campuran berbagai obat-obatan yang di minum dengan minuman keras sesaat setelah disadari menstruasinya terlambat. Pada kenyataannya, tidak ada bukti ilmiah yang dapat menjelaskan efektivitas cara-cara ini dalam pencegahan kehamilan. Lebih berbahaya adalah praktek urut pijat yang oleh beberapa kalangan masyarakat dipercaya dapat mencegah kehamilan dengan cara “membalik kandungan”. Pada kenyataannya bukannya mencegah kehamilan, cara ini dapat membahayakan kondisi organ perempuan yang paling sensitif, yaitu rahim.
Cara pencegahan kehamilan yang tidak benar dapat menyebabkan, antara lain:
Ø Kegagalan serta kehamilan yang tidak diharapkan. Kalau terjadi, biasanya ibu tidak siap dan akan mencoba menggugurkan kandungan dengan cara-cara yang salah, misalnya dengan minum jamu peluntur.
Ø Kalau cara seperti di atas menemui kegagalan, maka ada resiko bayi yang akan dilahirkan mengalami gangguan cacat (misalnya tidak lengkap anggota tubuhnya), akibat pengaruh obat atau jamu peluntur yang diminum ibu. Belum lagi resiko ibu keracunan akibat obat atau jamu tersebut.
Ø Ibu mengalami pendarahan dan infeksi yang menyebabkan keguguran, cacat, lahir muda, atau lahir mati. Implikasi dari cara-cara pencegahan kepada perempuan sendiri apabila suatu ketika akan berpengaruh kepada perempuan sendiri apabila suatu ketika menghendaki kehamilan kembali. Kerusakan organ reproduksi yang disebabkan cara penanganan yang serampangan akan menyulitkan proses reproduksi yang pada gilirannya tak mustahil menimbulkan kemandulan, selain bisa membahayakan nyawa ibu.

Karena itu, apabila telah positif hamil, jangan minum jamu terlambat bulan.
Jika anda benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi, maka berkonsultasi dengan dokter dan jangan ragu-ragu untuk bertanya secara rinci mengenai alat tersebut. Ini adalah hak setiap pengguna alat-alat kontrasepsi yang telah dijamin sebagai bagian dari hak untuk sehat dalam bereproduksi. Yang paling penting adalah anda dapat memenuhi keinginan anda untuk mengatur kelahiran dan dapat menggunakan alat yang cocok dan sehat untuk anda. Aborsi bukanlah cara yang tepat untuk mencegah kehamilan. Karena, bagaimanapun aborsi, bila dilakukan lebih dari tiga kali akan merusak kondisi rahim perempuan.





Daftar Pustaka


Hanifa, P (1996), Ilmu Bedah Kebidanan, Jakarta, yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono (1986), Ilmu Kebidanan, Ed. 2, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka