CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Selasa, 09 Agustus 2011

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. ” A “ MASALAH UTAMA XPERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM AGAMA DENGAN DIAGNOSA HMEDIS SKIZOFRENIA PARANOID DI RUANG PAVILIUN VI Z RUMKIT Q SURABAYA


BAB 1
PENDAHULUAN
                                                                                                                              
1.1  Latar Belakang
       Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat, kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi tingkat sosial di masyarakat lebih tinggi. Hal ini merupakan dambaan setiap manusia ( Dep Kes RI. 2000 ).
       Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan indrustri keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakait degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien  (Yosep, 2007).
          Skizofrenia merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal di Rumkital Dr. Ramelan PAV VI A terdapat 16 klien (100%) dan ada 4 klien yang mengalami gangguan Skizofrenia Paranoid (25%) . Di Indonesia, sekitar 1% – 2% dari total jumlah penduduk mengalami skizofrenia yaitu mencapai 3 per 1000 penduduk, prevalensi 1,44 per 1000 penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000 penduduk di pedesaan berarti jumlah penyandang skizofrenia 600.000 orang produktif.
Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya retak atau pecah (spilit), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa Skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splittingof of personality).
Secara klasik skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham kebesaran atau waham kejar, jalannya penyakit agak konstan (Kaplan dan Sadock, 1998). Pikiran melayang (Flight of ideas) lebih sering terdapat pada mania, pada skizofrenia lebih sering inkoherensi (Maramis, 2005). Kriteria waktunya berdasarkan pada teori Townsend (1998), yang mengatakan kondisi klien jiwa sulit diramalkan, karena setiap saat dapat berubah.
Waham menurut Maramis (1998), Keliat (1998) dan Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.   Mayer-Gross dalam Maramis (1998) membagi waham dalam 2 kelompok, yaitu primer dan sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis, tanpa penyebab dari luar. Sedangkan waham sekunder biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain, waham dinamakan menurut isinya, salah satunya adalah waham kebesaran
Waham agama adalah orang yang percaya bahwa dia menjadi kesayangan supranatural dan atau alat supranatural, waham agama juga dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh yang maha kuasa atau menjadi utusan yang maha kuasa.

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang berkaitan dengan latar Belakang diatas  adalah sebagai berikut : “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa masalah utama perubahan  proses pikir:waham pada TN ” A” diagnosa medis Skizofrenia paranoid di ruangan paviliun VI A  RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya?. “




1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Setelah melaksanakan studi kasus, penulis mendapatkan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid dengan masalah utama perubahan isi pikir : waham agama dengan menetapkan proses keperawatan  di Pav VI A Rumkital dr. ramelan Surabaya.
1.3.2        Tujuan Khusus
                   Setelah melaksanankan studi kasus penulis mendapatkan
1.      Melakukan pengkajian terhadap klien dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid masalah utama perubahan isi pikir : waham Pav VIB Rumkital dr. ramelan Surabaya.
2.      Merumuskan masalahyang di dapat melalui penyempurnaan analisa dan sintesa pada terhadap klien dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid masalah utama perubahan isi pikir : waham agama Pav VIB Rumkital dr. ramelan Surabaya.
3.      Menentukan perencanaan asuhan keperawatan untuk pemecahan masalah terhadap klien dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid masalah utama perubahan isi pikir : waham agama Pav VIB Rumkital dr. ramelan Surabaya.
4.      Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sudah direncanakan   untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid masalah utama perubahan isi pikir : waham Pav VIB Rumkital dr. ramelan Surabaya.
5.      Mengevaluasi tindakan yang sudah dilaksanakan terhadap klien dengan diagnosa medisSkizofrenia paranoid masalah utama perubahan isi pikir : waham agama
6.      Mendokumentasikan hasil setiap tahapan dari proses keperawatan  pada klien dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid masalah utama perubahan isi pikir : waham agama Pav VIB Rumkital dr. ramelan Surabaya.
7.      Mengidenfikasi kesenjangan antara teori dan kenyataaan dilapangan pada klien dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid masalah utama perubahan isi pikir : waham agama Pav VIB Rumkital dr. ramelan Surabaya.

1.4  Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1.      Dari segi akademis, merupakan sumbangan dari ilmu pengetahuan khususnya dalam hal dengan diagnosa medisSkizofrenia paranoid masalah utama perubahan isi pikir : waham agama.
2.      Dari segi praktis tugas akhir ini akan bermanfaat bagi:
a.       Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid masalah utama perubahan isi pikir : waham agama.
b.      Untuk peneliti
Hasi penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuahan keperawatan klien  dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid masalah utama perubahan isi pikir : waham agama.

1.5  Metode Penulisan
1.      Metode
Metode diskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan menggunakan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, perencanaan, pelaksaaan dan evaluasi.
2.      Tehnik Pengumpulan Data
a.       wawancara
Data diambil /diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga mampu tim kesehantan lain.
b.      Observasi
Data yang diambil melalui pengamatan secara langsung terhadap keadaan, reaksi, sikap, dan perilaku klien yang dapat diamati.
c.       Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang menegakkan diagnosa dan penangan selanjutnya
3.      Sumber Data
a.       Data Primer
Data yang diperoleh oleh klien
b.      Data Skunder
Data yang diperoleh dari keluarga/ orang terdekat dengan klien, catatan medik perawat, hasi-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan yang lain. 
4.      Studi Kepustakaan
Mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul kayra tulis dan masalah yang dibahas.

1.6  Sistematika penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruan dibagi menjadi tiga bagian,yaitu:
1.      Bagian awal, membuat halaman judul,abstrak penelitian, persetujuan komisi pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran dan abstraksi.
2.      Bagian inti, terdiri lima bab, yang masing-masing bab terdiri sub bab bagian :
BAB I  : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah  tujuan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II  : Landasan teori, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnose waham kebesaran .
BAB III : Hasil berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
BABIV : Pembahasan yang berisi perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada dilapanagan .
BAB V :   Kesimpulan, saran, berisi tentang kesimpulan , dan saran.
3.      Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran .
















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan di bahas tentang konsep teori sebagai landasan dalam penelitian yang meliputi: 1) konsep dasar schizophrenia, 2) konsep waham, 3) konsep dasar asuhan keperawatan waham.

2.1  Konsep Dasar Skizofrenia
2.1.1        Pengertian
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “ Skizo “ yang artinya retak atau pecah (split), dan “ frenia “ yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( Hawari, 2003).
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya ( Hawari, 2003).
2.1.2        Etiologi
1.      Teori somatogenik
a.       Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %,  bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
b.      Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
c.       Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
d.      Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.
2.      Teori Psikogenik
a.       Teori Adolf Meyer :
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah,
suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
b.      Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat
(1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik
(2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme
(3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.
c.       Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
d.      Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.


2.1.3        Tanda dan gejala
Tanda dan gejala menurut (bleuler)
1.      Gejala Primer
a.       Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang  paling  menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
b.      Gangguan afek emosi
-          Terjadi kedangkalan afek-emosi
-          Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
-          Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
-             Emosi berlebihan
-             Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang    baik
c.       Gangguan kemauan
-       Terjadi kelemahan kemauan
-       Perilaku Negativisme atas permintaan
-       Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
d.      Gejala Psikomotor
-       Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
-       Stereotipi
-       Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
-       Echolalia dan Echopraxia
2.      Gejala sekunder
a.  Delusi
b. Halusinasi
c. Cara bicara/berfikir yang tidak teratur
d. Perilaku negatif, misalkan: kasar, kurang termotifasi, muram, perhatian menurun.
2.1.4        Macam-macam Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :
a.       Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
b.      Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinasi banyak.
c.       Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
d.      Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
e.       Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
f.       Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
g.      Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan juga gejala-gejala depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.


2.1.5         Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju ke kemunduran mental.
Terapist jangan melihat kepada penderita skizofrenia sebagai penderita yang tidak dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu mahluk yang aneh dan inferior. Bila sudah dapat diadakan kontan, maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis.
Biarpun penderita mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah.
Keluarga atau orang lain di lingkungan penderita diberi penerangan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
1.      Farmakoterapi
Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan skizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. Pada penderita paranoid trifuloperazin rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2 – 3 minggu. Bila tetap masih ada waham dan halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja.
Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun.
Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan pasien (seperti juga pemberian obat kepada pasien dengan penyakit badaniah yang menahun, umpamanya diabetes mellitus, hipertensi, payah jantung, dan sebagainya). Senantiasa kita harus awas terhadap gejala sampingan.
Hasilnya lebih baik bila neroleptika mulai diberi dalam dua tahun pertama dari penyakit. Tidak ada dosis standard untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan secara individual.
2.      Terapi Elektro-Konvulsi (TEK)
Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya elektrokonvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang.
Bila dibandingkan dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi serangan ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan dapat dilakukan secara ambulant, bahaya lebih kurang, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus pada terapi koma insulin.
TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap skizofrenia simplex efeknya mengecewakan; bila gejala hanya ringan lantas diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.

3.      Terapi koma insulin
Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan pada permulaan penyakit, hasilnya memuaskan. Persentasi kesembuhan lebih besar bila di mulai dalam waktu 6 bulan sesudah penderita jatuh sakit. Terapi koma insulin memberi hasil yang baik pada katatonia dan skizofrenia paranoid.
4.      Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita dengan skizofrenia karena justru dapat menambah isolasi dan otisme. Yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat.
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. Pemikiran masalah falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau bermain musik bebas, tidak dianjurkan sebab dapat menambah otisme. Bila dilakukan juga, maka harus ada pemimpin dan ada tujuan yang lebih dahulu ditentukan.
Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin di atur sedemikian rupa sehingga ia tidak mengalami stres terlalu banyak. Bila mungkin sebaiknya ia dikembalikan ke pekerjaan sebelum sakit, dan tergantung pada kesembuhan apakah tanggung jawabnya dalam pekerjaan itu akan penuh atau tidak.
5.      Lobotomi prefrontal.
Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat mengganggu lingkungannya.
Jadi prognosa skizofrenia tidak begitu buruk seperti dikira orang sampai dengan pertengahan abad ini. Lebih-lebih dengan neroleptika, lebih banyak penderita dapat dirawat di luar rumah sakit jiwa. Dan memang seharusnya demikian. Sedapat-dapatnya penderita harus tinggal dilingkungannya sendiri, harus tetap melakukan hubungan dengan keluarganya untuk memudahkan proses rehabilitasi. Dalam hal ini dokter umum dapat memegang peranan yang penting, mengingat juga kekurangan ahli kedokteran jiwa di negara kita. Dokter umum lebih mengenal penderita dengan lingkungannya, keluarganya, rumahnya dan pekerjaannya, sehingga ia lebih dapat menolong penderita hidup terus secara wajar dengan segala suka dan dukanya.


2.2  konsep dasar keperawatan pada pasien waham
2.2.1    Pengertian
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial (Stuart dan Sunden, 1990 : 90).
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah/ bertentangan dengan kenyataan dan tidak tetap pada pemikiran seseorang dan latarbelakang sosial budaya (Rowlins, 1991: 107)
Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pikiran seseorang yaitu dengan mencampuri kemampuan pikiran diuji dan dievaluasi secara nyata (Judith Heber, 1987: 722).
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan biarpun dibuktikan kemustahilannya itu (W. F.Maramis 1991 : 117).
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998).
2.2.2    Etiologi
Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.
2.2.3    Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa RSJP Bogor di kutip oleh RSJP Banjarmasin, 2001) yaitu:
a. Waham dengan perawatan minimal
 1)Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita.
2) Bersosialisasi dengan orang lain.
3) Mau makan dan minum.
4) Ekspresi wajah tenang.
b. Waham dengan perawatan parsial
1) Iritable.
2) Cenderung menghindari orang lain.
3) Mendominasi pembicaraan.
4) Bicara kasar.
c. Waham dengan perawatan total
1) Melukai diri dan orang lain.
2) Menolak makan / minum obat karena takut diracuni.
3) Gerakan tidak terkontrol.
4) Ekspresi tegang.
5) Iritable.
6) Mandominasi pembicaraan.
7) Bicara kasar.
8) Menghindar dari orang lain.
9) Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali.
10) Perilaku bazar.
2.2.4  Macam-macam Waham
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.
b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain.
2.2.5 Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham
2.3.1. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:
a. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan).
d.   Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
i. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan.
2.3.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh Carpernito, 1983)
Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah:
a. Gangguan proses pikir; waham.
b. Kerusakan komunikasi verbal.
c. Resiko menciderai orang lain.
d. Gangguan interaksi sosial: menarik diri.
e. Gangguan konsep diri; harga diri rendah

Pohon masalah

Kerusakan komunikasi verbal

Perubahan isi pikir: waham agama

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


1. Kerusakan Komunikasi verbal b.d  waham agama
2.  perubahan isi pikir: waham kebesaran b.d HDR

2.3.3. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham agama
TUM     : Klien dapat mengontrol wahamnya sehingga komunikasi verbal dapat berjalan dengan baik
TUK 1   :   Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya
Intervensi :
1.      Bina hubungan saling percaya:
2.      Salam terapetik, perkenalan diri,
3.      Jelaskan tujuan interaksi,
4.      Ciptakan lingkungan yang tenang,
5.      Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)
6.      Jangan membantah dan mendukung klien
7.      Kata-kata perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi  menerima
8.      Kata-kata perawat tidak mendukung disertai ”sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati
9.      Tidak membicarakan isi waham klien
10.  Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
11.  Anda berada di tempat yang aman, kami akan menerima anda
12.  Gunakan keterbukaan dan kejujuran
13.  Jangan tinggalkan klien sendirian
TUK 2   : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Intervensi :
1.      Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistik
2.      Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistik, hati-hati terlibat dengan waham
3.      Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
4.      Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
TUK 3   : Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Intervensi :
1.      Obsrvasi kebutuhan sehari-hari klien
2.      Diskusikan kebutuhan  klien yang tidak terpenuhi baik secara di rumah dan di RS (rasa takut, ansietas, marah)
3.      Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham
4.      Tingkat aktivitas  yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih dan dibuat jadwal bersama dengan klien)
5.      situai agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya
TUK 4   : Klien dapat b.d realitas (realitas: diri, orang lain, tempat, waktu)
Intervensi :
1.      Berbicara dengan klien dalam konteks realitas
2.      Sertakan klien dalam TAK :TAK Orientasi Realita
3.      Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
2.      Perubahan isi pikir: waham agama b.d HDR
TUM     : Klien dapat meningkatkan harga dirinya sehingga mampu mengendalikan wahamnya
TUK 1   :   Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya
Intervensi :
1.      Bina hubungan saling percaya dengan :
2.      Salam terapetik, perkenalan diri,
3.      Jelaskan tujuan interaksi,
4.      Ciptakan lingkungan yang tenang,
5.      Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)

TUK 2   : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan harga diri rendah (HDR)
Intervensi :
1.      Kaji pengetahuan klien tentang HDR
2.      Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang penyebab HDR
3.      Diskusikan dengan klien  tentang HDR serta penyebab dan akibat yang mungkin muncul
4.      Beri penguatan positif pada kemampuan klien dalam mengungkapkan pendapatnya  tentang HDR
5.      Bantu klien mengidentifikasi aspek positif tentang perasaannya
TUK 3   : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya
Intervensi :
1.      Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.      Hindarkan pemikiran penilaian negative, utamakan memeberikan pujian realistis
TUK 4   : Klien dapat menerapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
Intervensi :
1.      Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuannya
2.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien
3.      Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien
TUK 5   :  Keluarga dapat membantu klien untuk berperilaku adaptif  terhadap lingkungan
Intervensi :
1.      Diskusikan dengan keluarga tentang bentuk dukungan yang perlu diberikan pada klien dengan HDR
2.      Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat dan menghadapi klien dengan HDR
2.3.4  Pelaksanaan
    Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan pada klien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan tetapi tidak menutup kemungkinan akan menyimpang dari rencana yang ditetapkan tergantung pada situasi dan kondisi klien saat ini.
2.3.5  Evaluasi
Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga tercapai sebagai atau timbul masalah baru.











BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang di mulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada tanggal 04 juli 2011 sampai 09 juli 2011 dengan data sebagai berikut:

3.1       PENGKAJIAN
      Ruang Rawat : PAV 6A                            Tgl MRS 24 april 2011
I.                   IDENTITAS KLIEN
Nama         : Tn. A                         Tgl pengkajian : 5 Juni 2011
Umur         : 45Th                          RM No.                       : 38441.xx
II.                ALASAN MASUK
Pasien datang dengan kondisi dan terlihat bingung pembicaraanya ngelantur, ngomel – ngomel sendiri marah – marah, tidak bisa tidur.
KELUHAN UTAMA: Pasien menganggap dirinya yang masuk surga

III.             FAKTOR PREDISPOSISI
1.      Klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, Klien pernah di rawat di RSAL 2x, pertama kali tahun 1996 kedua pada April 2011
2.      Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena Klien tidak rutin minum obat dan kontrol.
3.      Klien tidak pernah mengalami trauma di masa lalu, baik trauma aniaya fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam rumah tangga dan tindakan kriminal.
      Masalah Keperawatan         : Penatalaksanaan  inefektif
4.      Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
5.      Klien tidak pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

IV.             PEMERIKSAAN FISIK
1.      Tekanan Darah            : 120/80 mmHg
Nadi                            : 72x/menit
Suhu                            : 36,2ºC
RR                               : 21x/menit
2.      Ukuran              BB  : 63kg, TB  : 167cm
3.      Klien mengatakan tidak ada masalah pada fisiknya
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan




V.                PSIKOSOSIAL
1.  Genogram  :







 

45
 
                                 













 



Keterangan :
           : laki- laki
            : perempuan
 : meninggal
       
           : klien
           : ada hubungan
           : serumah
Klien anak ke-2 dari 5 bersaudara
Klien tinggal bersama adik kandung, istri, serta ke-2 anaknya
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
2. Konsep Diri
a.       Citra tubuh :
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya karena anugrah dari Tuhan.
b.      Identitas diri :
Klien mengatakan kalau dirinya adalah seorang laki - laki, dan Klien anak ke-2 dari 5 bersaudara.

c.       Peran :
Sebagai kepala rumah tangga
d.      Ideal diri :
Ketika ditanya harapan klien sebagai kepala rumah tangga dan klien juga mengatakan “ hanya klien masuk surga “
e.       Harga diri :
Pada saat makan klien menyendiri di kamarnya karena klien tidak suka keramaian
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial :
a.       Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang sangat berarti adalah adik kandungnya.
b.      Peran serta dalan kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan selama di RS.
c.       Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
 Klien suka berdo'a sendiri dan ngomongnya ngelantur.
Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi verbal
4.    Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan :
Klien mengatakan beragama islam

b.      Kegiatan ibadah :
Klien sholat 5x pada interval waktu 07.00 s/d 14.00, sering membaca sholawat, surat pendek al Qur’an
Masalah Keperawatan : Distres Spriritual

VI.             STATUS MENTAL
1. Penampilan :
Klien mengatakan mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari, saat pengkajian Klien tampak rapi dan rambut terlihat bersih.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
2. Pembicaraan :
Saat pengkajian klien lambat dan ngelantur.
Klien sering sholawatan, membaca surat – surat pendek Al Qur’an
Jelaskan: pasien berbicara berpindah-pindah dari satu kalimat kekalimat lain
Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
3.      Aktivitas motorik :
Klien dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari sendiri secara berlebihan seperti sholat 5x dalam interval waktu 07.00 s/d 14.00.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir:Waham  agama



4.      Afek dan Emosi
a.       Afek
Saat pengkajian ekspresi wajah Klien tidak ada perubahan menyenangkan atau menyedihkan (datar).
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
b.      Alam perasaan (emosi)
Klien mengatakan keinginan untuk segera pulang
Masalah Keperawatn : Ansietas
5.      Interaksi selama wawancara
-          Kontak mata kurang
-          Pada saat pengkajian pandangan mata klien kosong dengan melihat ke taman
 Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi verbal
6.      Persepsi – Sensorik
Klien mengatakan tidak mendengar suara-suara atau bisikan.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
7.      Proses Pikir
a.       Proses pikir
Setiap diberi pertanyaan, klien mapu menjawab pertanyaan dengan benar sesuai apa yang ditanyakan. Misalnya sudah berapa lama klien disini? Klien menjawab sudah 2 bulan
Masalah Keperawatan : Tidak di temukan masalah keperawatan
b.      Isi pikir
Saat pengkajian Klien tidak tampak obsesi ataupun fobia , Klien mengatakan hanya klien yang masuk surga  (waham agama).
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir:Waham  agama
8.      Tingkat Kesadaran
Jika Klien ditanya “jam berapa? Klien menjawab jam 10.00 “, dan jika ditanya “Klien berada dimana? Klien menjawab di RS Jiwa “.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
9.      Memori
Klien mengatakan ingat dirinya di bawa ke RS dengan adiknya pada bulan April (Klien mengalami gangguan jangka panjang).
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
10.  Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat pengkajian dan ditanya , “pak “A” punya rokok 12 terus pak “B “ minta rokok 2 biji, sisanya berapa pak? 10
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
11.  Kemampuan Penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
12.  Daya Tilik Diri
Klien mengingkari penyakit yang di deritanya,  Klien mengatakan saya tidak merasa sakit apa-apa, tetapi saya kok dibawa kesini
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir:Waham  agama

VII.          KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1.      Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien dapat memenuhi kebutuhan makannya, Klien makan 3x sehari, pakaian yang dikenakan sesuai.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
2.      Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a.       Perawatan diri
Klien mengatakan perawatan diri dilakukan sendiri tanpa bantuan oranglain, mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari, BAB & BAK, ganti pakaian dilakukan sendiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
b.      Nutrisi
Klien mengatakan puas dengan makanan yang disediakan oleh RS, ketika makan Klien memisahkan diri dengan temannya, frekuensi makan 3x sehari, kudapan 1x sehari, nafsu makan Klien meningkat (BB SMRS : 63kg, BB MRS : 63kg).
Masalah Keperawatan : harga diri rendah



c.       Tidur
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam tidur, setelah bangun tidur Klien merasa segar, Klien terbiasa tidur siang sekitar 2 jam, tidur malam Klien sekitar 8 jam, Klien mengatakan tidak ada gangguan saat tidur.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan
3.      Klien dapat mengantisipasi kebutuhan sendiri, Klien dapat membuat keputusan berdasarkan atas keinginan sendiri, Klien tidak bisa mengatur dalam penggunaan obat.
Masalah Keperawatan : Ketidakpatuhan
4.      Klien memiliki sistem pendukung : Selama di RS klien belum pernah di jenguk keluarga, sistem pendukung di RS (dokter perawat)
Masalah Keperawatan : kurang  dukungan keluarga
5.      Klien mengatakan kalau hobinya membaca al Qur’an
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

VIII.       MEKANISME KOPING
Klien mau berbicara dengan teman-temannya, Klien tidak minum alkohol, Klien tidak mencederai diri sendiri ataupun oranglain.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan


IX.             MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Klien mengatakan mau berinteraksi dengan oranglain, Klien lulusan dari SMA, Klien mengatakan senang dan nyaman dengan pekerjaannya, Klien tinggal bersama adiknya, Klien mengatakan berkecukupan dengan perekonomiaannya, Klien mengatakan jarang kontrol.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

X.                PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang di derita, Klien tidak tahu obat-obat yang diminum.
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan obat yang diminumnya

XI.             ASPEK MEDIS
Diagnosa medik    : skizofrenia paranoid
Terapi medik         :
-          Sizoril 25mg (2x1)
-          Neripros 2mg (2x1)
-          Hexymer 2mg (2x1)
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan  masalah keperawatan

XII.          DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1.      Penalaksanaan inefektif
2.      Harga diri rendah
3.      Kerusakakn komunikasi verbal
4.      Ansietas
5.      Perubahan proses pikir : waham agama
6.      Ketidakpatuhan
7.      Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan obat yang diminumnya



Surabaya,   Juli 2011
Perawat yang Mengkaji


Fendy Kurniawan F







3.2  ANALISA DATA
NAMA : Tn. A              No.RM : 38441.xx            RUANGAN : PAV 6A
Tgl
Data
Etiologi
Masalah
TTD
5juli’11



















5juli’11
DS :
-       Klien mengatakan hanya saya yang masuk surga
-       Pasien diajak ngomong ngelantur
DO :
-  Klien tampa gelisah   dan   mondar - mandir
-    Kontak mata kurang
- Klien selalu sholawatan
- Pasien berbicara berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain



DS :
-       Klien mengatakan hanya saya yang masuk surga
DO :
-Pasien tampak menyendiri waktu  makan



Perubahan isi pikir : waham

















Perubahan Proses Pikir














Kerusakan komunikasi verbal
















Harga diri rendah












POHON MASALAH



Kerusakan komunikasi verbal

 
 

EFECT








 


CORE PROBLEM



Gangguan konsep diri : harga diri rendah

















 
 

SEBAB

 
                                                               BAB 4                                   
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan waham agama di paviliun VI B Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga terbuka dan mengerti serta kooperatif.
Pada dasar pengkajian antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak banyak kesenjangan yaitu pada tinjauan kasus didapatkan data adanya kerusakan komunikasi verbal, perubahan proses pikir : waham agama, gangguan konsep diri : harga diri rendah dan telah didapatkan data-data tersebut sehingga tidak sampai  atau tidak mengalami hal-hal tersebut.
Analisa data pada tinjauan kasus hanya menguraikan teori saja, sedangkan pada kasus nyata disesuaikan dengan keluhan yang dialami pasien karena penulis menghadapi klien secara langsung.

4.2 Perencanaan
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada percapaian tujuan. Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan menggunakan sasaran, dalam rasionalnya dengan alasan penulis ingin berupaya memandirikan pasien dan keluarga dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan yang (kognitif), keterampilan menangani masalah (psikomotor) dan perubahan tingkah laku pasien (efektif).
4.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah perwujudan atau realitas dari perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena hanya membahas teori asuhan keperawatan tanpa ada kasus nyata. Sedangkan pada kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan ada pendokumentasian dan intervensi keperawatan.
Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi. Untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama pada tinjauan pustaka, hal itu karena disesuaikan dengan keadaan pasien yang sebenarnya.
Pada tinjauan pustaka, perencanaan pelaksanaan tindakan keperawatan pasien tersebut terdapat enam tujuan khusus yang akan dilaksanakan diantaranya yaitu, klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki, klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi, klien dapat berhubungan dengan realitas, klien dapat dukungan keluarga, klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Sedangkan dalam tinjauan kasus hanya empat tujuan khusus yang dapat dicapai yaitu : Tujuan khusus yang pertama dalam membina hubungan  saling percaya penulis tidak membutuhkan waktu lama karena pasien kooperatif dan ditanya mau menjawab tetapi terkadang omongan pasien ngelantur. Tujuan khusus yang kedua Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki, disini penulis menanyakan hobi yang dimiliki pasien, disini pasien bisa menjawab dan melakukan hobinya membaca yassin dan membaca Al Qur’an, saat di kaji pasien terkadang tidak melakukan dikarenakan pasien tidak mempunyai al Qur’an. Tujuan khusus ke tiga  klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi, disini penulis sedikit kesulitan dalam menanyakan karena pasien omongannya ngelantur tetapi penulis berusaha untuk memfokuskan sehingga pasien menjawab obat kebutuhan yang tidak terpenuhi seperti klien jarang minum obat, jarang kontrol, penulis melanjutkan Tujuan khusus yang ke enam tidak tujuan khusus yang ke empat karena pasien lebih membutuhkan cara penggunaan obat yang benar, disini penulis mendiskusikan tentang manfaat obat, kerugian tidak minum obat  dapat menyebabkan kekambuhan, menjelaskan nama sizoril warnanya putih dosisnya 25 mg ini diminum  pagi dan sore,neripros warnanya putih 2 mg ini diminum pada pagi, dan sore, hexymer warnanya kuning  dosisnya 2 mg ini diminum pada siang dan sore pasien mau minum obat secara teratur dan tidak putus obat.
Diagnosa yang tidak terdapat pada pasien Tn. “ A “ Isolasi Sosial dan halusinasi. Pasien tidak mengalami isolasi sosial dikarenakan pasien dapat diajak ngobrol walaupun ngelantur. Diagnosa halusinasi tidak terdapat karena pasien tidak pernah mendengar bisikan-bisikan.
Hambatan yang ditemukan pada waktu pelaksanaan yaitu: kesulitan penulis dalam memfokuskan pasien dan kita penulis terkadang ikut terbawa dalam  suasana pasien.
4.4 Evaluasi
Pada perinsipnya evaluasi yang ada pada tinjauan pustaka maupun tinjauan kasus tidak mengalami perbedaan yang berarti disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan pada perencanaan.
Evaluasi pada tinjauan pustaka berdasarkan observasi perubahan tingkah laku dan respon pasien. Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dilakukan setiap hari selama pasien dirawat di rumah sakit. Evaluasi tersebut menggunakan SOAP sehingga terpantau respon pasien terhadap intervensi keperawatan yang telah dilakukan.
Pada evaluasi akhir tujuan yang ditetapkan dapat tercapai karena adanya kerjasama antara perawat dan pasien serta tim kesehatan lainnya.  


BAB 5
PENUTUP
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasus Skizofrenia Paranoid waham agama di ruang paviliun VI B Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, maka penulis menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam menungkatkan mutu asuhan keperawatan pasien waham agama.
5.1 kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien waham agama, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Waham adalah orang yang percaya bahwa dia menjadi kesayangan supranatural dan atau alat supranatural, waham agama juga dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh yang maha kuasa atau menjadi utusan yang maha kuasa.
2.      Pada pasien dengan waham akan mengalami beberapa masalah baik fisik psiko maupun sosial. Masalah asuhan keperawatan yang timbul adalah kerusahan komunikasi verbal, perubahan proses pikir : waham agama, gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3.      Untuk menyelesaikan masalah tersebut, penulis melibatkan pasien secara aktif dalam melaksanakan asuhan keperawatan karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerja sama antara perawat dan pasien.

4.      Penangan pada pasien dengan waham yang didahulukan adalah perubahan proses pikir : waham agama apabila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan waham berkelanjutan maka perawat akan menangani secara cepat dan tepat agar tidak mengalami waham berkelanjutan.
5.      Beberapa tindakan keperawatan pada pasien dengan waham agama dengan masalah perubahan proses pikir : waham agama dengan menjelaskan kepada pasien sebab-sebab perubahan proses pikir : waham agama, menjelaskan pada pasien pentingnya mengatasi perubahan proses pikir : waham agama dan menjelaskan pada pasien cara-cara mengatasi perubahan proses pikir : waham agama.
5.2 Saran
 Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1.      Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan baik dan keterlibatan pasien dan perawat sehingga timbul rasa saling percaya yang akan menimbulkan kerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan.
2.      Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama denagn tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dehan waham agama karena pada pasien tersebut memerlukan penanganan yang cepat dan tepat supaya tidak menjadi buruk seperti waham agama berkelanjutan.
3.      Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional alangkah baiknya diadakan home visite dalam bidang keperawatan.
4.      Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik secara formal dan dengan informal khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan pasien, dengan harapan perawat mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai standart asuhan keperawatan dan kode etik.
5.      Mengembangkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara komprehensif dengan harapan perawat mempunyai respon yang tinggi terhadap keluhan pasien sehingga intervensi yang diberikan dapat membantu menyelesaikan masalah. 
6.      Meningkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara komprehensif dengan harapan perawat mempunyai respon yang tinggi terhadap keluhan pasien sehingga intervensi yang diberikan dapat membantu menyelesaikan masalah. 
 


Lampiran 1
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Tn. “ A “ DENGAN MASLAH UTAMA PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM  AGAMA DENGAN DIADNOSA MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID 

Nama klien      : Tn. “ A “                               Hari/Tanggal   : Rabu /06 Juli 2011
Umur               : 45 tahun                                Pertemuan       :  I
Masalah           : Waham Agama
A.    Proses Keperawatan
1.      Kondisi Klien
·         Klien diajak ngomong ngelantur
·         Terjadi pengulangan pembicaraan / perseverasi
2.      Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir waham agama
3.      Tujuan Khusus
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
4.      Tindakan Keperawatan 
a.       Membina hubungan saling percaya : beri salam terapeutik, sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi .
B.     Strategi Komunikasi dalam Tindakan Keperawatan
1.      Orientasi
a.       Salam Terapeutik
“ Selamat pagi Bapak, perkenalkan nama saya F, saya mahasiswa Stikes Hang Tuah Surabaya yang dinas pagi ini di ruangan pagi ini, saya dinas dari jam 07.00 pagi sampai jam 14.00 siang nanti, Bapak namanya siapa? senang di panggil siapa?”
b.      Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
c.       Kontrak
Topik          :“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang apa identitas Bapak dan dan mengapa bisa dibawa di paviliun VI B RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya?”
Waktu        :“Berapa lama Bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
Tempat       : Mau dimana Bapak berbincang-bincangnya? Bagaimana kalau di taman atau di ruang tv?”
2.      Kerja (Langkah-langkah Tindakan Keperawatan)
·         “Bapak perkenalkan nama saya perawat F, Bapak namanya siapa senang dipanggil siapa?”
·         “Umur Bapak berapa?”
·         “Mengapa Bapak bisa dibawa di paviliun VI B RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya?”
3.      Terminasi
a.       Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
·         Evaluasi klien (subyektif)
•“Waalaikum salam, Mas”
•“Nama saya R,”
•“Umur saya 45 tahun.”
•“Saya tidak tau adik saya yang membawa saya kesini.”
•“Saya merasa lebih lega”
•“Iya Mas… Saya tidak tau adik saya yang membawa saya kesini.”
•“ Iya Mas “
•“ Iya Mas “
•“Iya, tapi saya tidak mau di ruang makan di kamar saya aja ya soalnya saya terganggu sama orang lain dan berisik.”
• “Iya Mas, nanti itu kita berbincang-bincang tentang apa yang saya rasakan, selama 20 menit, jam 11.00 di depan kamar saya
·         Evaluasi Perawat (Obyektif)
• Pasien mau duduk berdampingan dengan perawat
• Pasien mau menjawab pertanyaan perawat walaupun ngelantur                                                                                                                                                              
b.      Tindak Lanjut Klien
“Tanpa terasa kontrak yang kita sepakati 20 menit sudah selesai  nanti kita akan berbincang-bincang apa yang Bapak rasakan?”
c.       Kontrak yang Akan Datang
Topik          : “ Bagaimana kalau nanti kita berbincang-bincang  apa yang Bapak rasakan ,Bapak setuju?”
Waktu        : “Bagaimana kalau nanti  Bapak bisa bertemu jam berapa dan berapa lama? Bagaimana kalau jam 12.00 selama 20 menit, Bapak setuju?”
Tempat       : “Dimana Bapak bisa ketemu ? Bagaimana kalau di ruang makan?”


Lampiran 2
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Tn. “ A “ DENGAN MASLAH UTAMA PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM  AGAMA DENGAN DIADNOSA MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID 

Nama klien      : Tn. “ A “                               Hari/Tanggal   : Rabu /06 Juli 2011
Umur               : 45 tahun                                Pertemuan       :  2
Masalah           : Waham Agama
A.    Proses Keperawatan
1.      Kondisi klien
·         Klien diajak ngomong ngelantur
·         Terjadi pengulangan pembicaraan / perseverasi
2.      Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir: waham kebesaran
3.      Tujuan Khusus
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
4.      Tindakan Keperawatan
a.       Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat tidak mendukung “sukar bagi saya untuk mempercayai disertai ekspresi ragu tapi empati.
b.      Yakinkan klien berada dalam aman dan terlindung.

B.     Strategi Komunikasi dalam Tindakan Keperawatan
1.      Orientasi
a.       Salam Terapeutik
“ Selamat siang Bapak. Bagaimana masih ingat dengan saya?”
b.      Evaluasi/Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak siang hari ini? Sekarang Bapak ada keluhan  tidak?”
c.       Kontrak
Topic          :“Baiklah sesuai janji kita tadi pagi kita akan berbincang-bincang apa yang Bapak rasakan?”
Waktu        :“Sesuai janji kita tadi pagi kita berbincang-bincangnya kita 20 menit. Bapak setuju?”
Tempat       : “ Mau dimana Bapak berbincang-bincangnya? Sesuai janji kita tadi Bapak maunya di kamar?”
d.      Kerja (Langkah-langkah Tindakan Keperawatan)
“Apa yang Bapak rasakan? Saya mengerti hanya Bapak yang masuk surga, tetapi semua manusia bakalan masuk surga tergantung sama amal perbuatannya, Pak.
“ Sekarang Bapak berada di tempat yang aman saya dan keluarga Bapak selalu menemani Bapak.”
“Apa yang Bapak harapkan saat ini, bisa Bapak ceritakan kepada saya?”
“Bapak masih ingat siapa nama adik bapak?”
“Bagus sekali Bapak dapat menyebutkan nama adik bapak dengan tepat.”
2.      Terminasi
a.       Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan
·         Evaluasi Klien (Subyektif)
•“Waalaikum salam…. Iya saya masih ingat.”
•“Hanya saya yang masuk surga”
•“Iya makasih mas ”
•“Saya ingin cepat pulang”
•“Nama adik saya Tn y”
•“Nama adik saya Tn y”
•“Iya sama-sama “
•“Iya sama-sama “
•“ Iya Mas”
•“Iya saya setuju jam 10.00 selama 15 menit di ruang TV.”
•“Besok itu kita membahas tentang kemampuan dan hobi yang saya miliki, di ruang TV  jam 10.00, selama 15 menit.”
·         Evaluasi Perawat (Obyektif)
• Pasien mau duduk berdampingan dengan perawat
• Pasien mau menjawat pertanyaan perawat walaupun ngelantur
• Pasien dapat menceritakan wahamnya
b.      Tindak Lanjut Klien
“ Kontrak yang kita sepakati 20 menit sudah selesai. Besok kita akan membahas kemampuan yang Bapak miliki ya? Terima kasih.”
3.      Kontrak yang Akan Datang
Topik          : “ Baik Bapak waktu kita sudah habis, besok kita berbincang-bincang lagi tentang kemampuan yang Bapak miliki yang hobi Bapak?”
Waktu        : “Jam berapa Bapak bisa berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau jam 10.00 selama 15 menit Bapak setuju?”
Tempat       :Dimana Bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang TV, Bapak setuju?”
Lampiran 3
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Tn. “ A “ DENGAN MASLAH UTAMA PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM  AGAMA DENGAN DIADNOSA MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID 

Nama klien      : Tn. “ A “                               Hari/Tanggal   : Kamis/ 07 Juli 2011
Umur               : 45 tahun                                Pertemuan       :  3
Masalah           : Waham Agama
A.    Proses Keperawatan
1.      Kondisi Klien
·         Klien di ajak ngomong ngelantur
·         Terjadi pengulangan pembicaraan / perseverasi
2.      Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir waham
3.      Tujuan Khusus
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
4.      Tindakan Keperawatan
a.  Beri pujian pada klien tentang kemampuan klien yamg dimiliki
b.  Tanyakan kepada klien kemampuan yang dimiliki
c.  Tanyakan apa yang biasa di lakukan ( kaitkan dengan aktivitas sehari-hari  dan perawatan diri)
B.     Strategi Komunikasi dalam Tindakan Keperawatan
1.      Orientasi
a.       Salam terapeutik
“Selamat pagi Bapak?”
b.      Evaluasi/Validasi
“ Bagaimana perasan Bapak pagi hari ini? Tidurnya tadi malam nyenyak Bapak?”
c.       Kontrak
Topik     : “Sesuai janji kita kemarin kita akan berbicang-bincang tentang kemampuan yang Bapak miliki dan hobi Bapak?”
Waktu   : “Sesuai janji kita kemarin 15 menit Bapak setuju?”
Tempat : “Mau dimana Bapak berbincang-bincangnya ? Bagaimana kalau di ruang TV?”
2.      Kerja (Langkah-langkah Tindakan Keperawatan)
“ Wah, Bapak cocok sekali memakai baju itu sesuai dengan kulit Bapak!”
“Apa Bapak bisa melakukan aktivitas sehari – hari,  bisa Bapak ceritakan?”
“Wah, bagus sekali bapak bisa melakukannya sendiri!”
“Kalau boleh tau hobi Bapak apa?” 
3.      Terminasi
c.       Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan
·         Evaluasi Klien (Subyektif)
• “Waalaikum salam Mas.”
• “Baik ... nyenyak kok, Mas tidurnya tadi malem”
• “Iya, Mas”
• “Iya. Makasih, Mas”
• “Saya mandi 2x sehari, makan 3x sehari, ganti baju 1x sehari , jika mau tidur saya selalu membersihkan tempat tidur.”
• “Saya suka membaca Yaasin, Al Qur’an dan sholawatan, Mas.”
• “Saya senang, Mas “
• “Saya mandi 2x sehari, makan 3x sehari, ganti baju 1x sehari dan hobi saya suka membaca Yaasin, Al Qur’an dan sholawatan Mas.”
• “Iya, Mas.”
• “Iya, Mas.”
·         Evaluasi Perawat (Obyektif)
   Pasien menceritakan aktivitas sehari-hari dan kebutuhan yang tidak terpenuhi
  Pasien mau menjawab pertanyaan perawat
d.      Tindak Lanjut Klien
“Kontrak yang kita sepakati 15 menit sudah selesai. Besok kita akan berbincang-bincang tentang kebutuhan Bapak yang tidak terpenuhi?”
e.       Kontrak yang Akan Datang
Topik       : “Baik, Bapak waktu kita sudah habis besok kita akan berbincang-bincang  tentang  kebutuhan Bapak yang tidak terpenuhi
Waktu      : “Bapak mau jam berapa dan berapa lama? Bagaimana kalau jam 09.00 selama 20 menit, Bapak setuju,?”
Tempat     : “Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di depan kamar bapak , setuju?”



Lampiran 4
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Tn. “ A “ DENGAN MASLAH UTAMA PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM  AGAMA DENGAN DIADNOSA MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID 

Nama klien      : Tn. “ A “                               Hari/Tanggal   : Jumat/08 Juli 2011
Umur               : 45 tahun                                Pertemuan       : 4
Masalah           : Waham Agama
A.    Proses Keperawatan
1.      Kondisi klien
·         Klien di ajak ngomong ngelantur
·         Klien  dapat menceritakan hobi dan kemampuan bapak
2.      Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir : waham kebesaran
3.      Tujuan Khusus
TUK 3: klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4.      Tindakan Keperawatan
a.       Observasi kebutuhan klien sehari-hari
b.      Diskusiksan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
c.       Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
B.     Strategi Komunikasi dalam Tindakan Keperawatan
1.      Orientasi
a.       Salam terapeutik
“ Selamat pagi Bapak,?”
b.      Evaluasi/Validasi
“ Bagaimana perasaan hari ini Bapak?”
c.       Kontrak
Topik     : “Sesuai janji kita kemarin kita akan berbincang-bincang tentang kebutuhan Bapak yang tidak terpenuhi?”
Waktu   : “Mau berapa lama? Sesuai janji kita kemarin 20 menit Bapak setuju?”
Tempat  : “Mau dimana Bapak berbincang-bincangnya di mana kalau di depan kamar Bapak?”
2.      Kerja (Langkah-langkah Tindakan Keperawatan)
“ Bisa Bapak ceritakan aktivitas Bapak sehari-hari?”
“ Kebutuhan apa yang tidak terpenuhi ?”
“ Kalau begitu kita akan membuat jadwal tentang aktivitas Bapak sehari-hari ya?”

3.      Terminasi
a.       Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan
·         Evaluasi Klien (Subyektif)
• “Waalaikum salam, Mas.”
• “Baik, Mas”
  “Iya, Mas”
• “Saya itu melaksanakan aktivitas sehari-hari sendiri seperti mandi dengan benar.”
• “ Seperti obat ... Saya tidak bisa mengatur penggunaan obat, Mas”
  “Iya, Mas”
• “Saya itu melaksanakan aktivitas sehari-hari sendiri seperti mandi
    dengan benar dan kebutuhan yang tidak terpenuhi seperti obat ...
    Saya tidak bisa mengatur penggunaan obat, Mas“
  “Iya, Mas..”
• “Iya saya setuju, Mas “
·         Evaluasi Perawat (Obyektif)
   Pasien menceritakan aktivitas sehari-hari dan kebutuhan yang tidak terpenuhi
    pasien mau menjawab pertanyaan perawat
b.      Tindak lanjut klien
“ Tanpa terasa kontrak yang kita sepakati 20 menit sudah selesai.
Saya harap bapak melakukan aktivitas bapak yang sudah kita buat jadwal tadi.”
c.       Kontrak yang Akan Datang
Topik     : “Bapak besok kita akan berbincang - bincang tentang pemanfaatan obat dengan baik.”
Waktu   : “Bagaimana kalau kita ketemu jam 10.00 WIB, selama 10 menit, Bapak setuju?”
Tempat  :   “Besok kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di taman aja, Bapak setuju”



Lampiran 5
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Tn. “ A “ DENGAN MASLAH UTAMA PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM  AGAMA DENGAN DIADNOSA MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID 

Nama klien      : Tn. “ A “                               Hari/Tanggal   : Sabtu/ 09 Juli 2011
Umur               : 45 tahun                                Pertemuan       : 5
Masalah           : Waham Agama
  1. Proses Keperawatan
5.      Kondisi Klien
·         Klien di ajak ngomong ngelantur
·         Klien dapat menceritakan kebutuhan yang tidak terpenuhi
6.      Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir:waham
7.      Tujuan Khusus
TUK6 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar

8.      Tindakan Keperawatan
1.      Diskusikan dengan pasien tentang manfaat obat dan kerugian tidak minum obat, menjelaskan nama, warna, dosis, cara,efek terapidan dan efek samping penggunaan obat.
2.      Pantau pasien saat penggunaan obat
“Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar”
3.      Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
“Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter / perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan”
  1. Strategi Komunikasi dalam Tindakan Keperawatan
1.      Orientasi
a.       Salam terapeutik
      “ Selamat pagi Bapak,?”
b.      Evaluasi/Validasi
     “ Bagaimana perasaan hari ini Bapak?”
c.       Kontrak
Topik                 : “Sesuai janji kita kemarin kita akan berbincang-bincang tentang pemanfaatan obat dengan baik.”
Waktu               : “Mau berapa lama? Sesuai janji kita kemarin 10 menit Bapak setuju?”
Tempat              : “Mau dimana Bapak berbincang-bincangnya di mana kalau di taman saja?”

2.      Kerja (Langkah-langkah Tindakan Keperawatan)
“ Sebelum kita diskusi, saya ingin bertanya apakah Bapak tahu nama obat yang biasanya Bapak minum?”
“ Disini saya akan menjelaskan obat apa saja yang Bapak minum? Obatnya ada 3 macam.”
“ Sizoril warnanya putih dosisnya 25 mg ini diminum  pagi dan sore.”
“ Neripros warnanya putih dosisnya 2 mg ini diminum pada pagi, siang, dan sore.”
“ Hexymer dosisnya 2 mg ini diminum pada pagi dan sore.”
“ Obat ini diminum berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun Bapak jangan         khawatir, obat ini aman jika diminum sesuai peraturan.”
“ Ada 5 hal yang harus Bapak ingat, saat Bapak minum obat, yaitu benar obat, benar orang, benar cara, benar waktu, dan benar dosisnya.”
“ Apakah Bapak sudah mengerti?”

3.      Terminasi
a.       Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan
·         Evaluasi Klien (Subyektif)
• “Waalaikum salam, Mas.”
 “Baik, Mas.”
 “Iya Mas, 10 menit di taman ya.”
 “Tidak tahu, saya taunya Cuma 3 obat yang saya minum”
 Iya, saya mengerti. Terima kasih ya, Mas”
 “ Saya senang dan saya sekarang sudah tahu tentang obat yang saya minum “
 “ Iya sama-sama “
 Saya juga terima kasih atas semua yang Mas berikan kepada saya.”
  “Mas sudah tidak ada disini. Iya, Mas saya juga mengucapkan terima kasih.”

·         Evaluasi Perawat (Obyektif)
• Pasien dapat menjawab semua pertanyaan
• Ekspresi pasien datar
b.      Tindak Lanjut Klien
“ Tanpa terasa kontrak yang kita sepakati 20 menit sudah selesai untuk membicarakan tentang cara untuk memanfaatkan obat dengan baik dan saya berharap Bapak mau memanfaatkan obat dengan baik  dan minum obat tepat waktu dan teratur minum obat setiap hari.”
“ Terima kasih ya Bapak? Sudah mau bekerja sama dan diskusi selama saya berada disini. Saya berharap Bapak cepat pulang dan sembuh, ya?”
c.       Kontrak yang Akan datang
Topik     : “ Bapak kalau besok butuh apa-apa karena saya sudah tidak
                   ada disini Bapak bisa minta bantuan perawat-perawat lain
                   yang ada disini.”
Waktu   :   -
Tempat  :   -